Minggu, 01 Februari 2015

ARTI PENTING ORANGTUA MENJADI SAHABAT DAN PELATIH BAGI ANAK REMAJANYA

        Suatu hari seorang ibu bercerita kepada saya tentang anak remaja putrinya  yang baru memasuki jenjang SMA dan tinggal di asrama. Si ibu bercerita bagaimana dia bersama suaminya mengalami pengalaman pertama melepaskan anak putrinya keluar dari rumah dan tinggal di asrama sekolah. Ada rasa berat namun di sisi lain ada rasa bangga melihat putrinya telah bertumbuh menjadi remaja yang berproses menjadi dewasa dan mandiri. Si ibu ini bercerita bagaimana dia bersama suaminya memiliki kedekatan sebagai seorang sahabat bagi putrinya. Bahkan tidak ada hal yang disembunyikan oleh putrinya dari orangtuanya, semua pasti diceritakan. Dari soal pelajaran di sekolah, pertemanan, cowok yang menyukai dirinya, impian, konflik bahkan kesedihannya, putrinya pasti akan menceritakan kepada papa mamanya. Bahkan ketika  tinggal di asrama, putrinya tetap mengambil waktu untuk bercerita tentang kisah-kisahnya melalui telepon.  

       Saya kagum dengan suami istri ini yang memiliki relasi yang dekat dan sehat, bahkan bisa menjadi sahabat bagi remaja putrinya, tak terkecuali juga terhadap anak bungsunya yang masih SD. Sesuatu yang menarik dan indah, ketika orangtua bisa menjadi sahabat bagi anak-anaknya remajanya, akan membuat pengasuhan dan mendidik anak remaja bukan menjadi suatu beban pergumulan, justru remaja akan kooperatif atau bisa diajak bekerjasama.



       Remaja terkadang harus berhadapan dengan kesulitan, konflik dengan teman dan terkadang dengan perasaan sendiri yang berubah-ubah. Mereka membutuhkan tempat yang nyaman dan aman dimana remaja bisa menceritakan semuanya. Remaja seringkali mengeluhkan ketiadaan waktu dan kurangnya perhatian orangtua kepada mereka. Tidak sedikit pada akhirnya orangtua bermasalah dengan anak remajanya dalam hal berkomunikasi. Komunikasi yang buruk tercipta karena orangtua yang membuat jarak dengan anak remajanya melalui ketiadaan hubungan dan hal ini seringkali disebabkan orangtua yang terlalu berfokus pada pekerjaan dan tidak meluangkan waktu sedikitpun pada anak remajanya

       Terkadang ada pula orangtua yang suka membuat perbandingan dengan kakak atau adiknya bahkan dengan teman-temannya, sehingga remaja menjadi terluka dan menjaga jarak dengan orangtuanya. Tidak sedikit juga orangtua yang  menekan anak dengan tuntutan kesempurnaan, tuntutan berprestasi, membuat tindakan yang selalu menyalahkan anak remajanya tanpa memberikan penjelasan dan bimbingan. Bisa juga dengan adanya konflik papa-mama yang terus-menerus sehingga menyebabkan anak remaja tidak nyaman berada di rumah,  dan pada akhirnya menutup jalur komunikasi  dengan orangtua.

ORANGTUA YANG BERJALAN BERSAMA DENGAN ANAK REMAJANYA.
Alkitab menulis: “Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?” Amos 3:3

       Orang yang berjalan bersama harus membuat perjanjian atau kesepakatan.  Kesepakatan dalam keluarga antara orangtua dan anak harus  dibicarakan bersama sehingga anak-anak dapat merasa nyaman dan percaya kepada orangtua, demikian pula sebaliknya. Orangtua perlu membangun komunikasi yang baik dengan anak-anaknya untuk mencapai kesepakatan bersama. Persoalan orangtua dalam relasinya dengan anak adalah persoalan keangkuhan dimana orangtua (khususnya ayah) lebih sering bertengkar dengan anaknya dan mempertahankan keangkuhan daripada merendahkan hati dan mulai berkomunikasi untuk mendapatkan kemenangan bersama dan kesepakatan.
 
Raja Salomo berkata dalam Amasl 13:10 bahwa “Keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran, tetapi mereka yang mendengarkan nasihat mempunyai hikmat.” Ketika orangtua dapat membangun komunikasi yang dapat dipercaya maka orangtua menuai kemajuan dalam relasinya dengan anak remajanya. Beberapa orangtua mempertahankan keangkuhan karena merasa dia memegang kekuasaan di rumah dan  merasa sudah jauh lebih  berpengalaman dibandingkan anak remajanya. Padahal pengalaman orangtua tidak seluruhnya bisa dijadikan referensi untuk anak-anak mereka di jaman yang telah berubah, kecuali pengalaman-pengalaman yang telah dievaluasi. Hal ini pada akhirnya menyebabkan anak remaja cenderung menarik diri dari orangtua dan mendekatkan diri mereka kepada kelompok bermainnya, sehingga orangtua mulai kehilangan komunikasi dengan anak remajanya dan lambat-laun seiring waktu, orangtua akan kehilangan anaknya meskipun anak ada di dalam rumah. Mereka akan menjadi sulit untuk diajak bekerja sama, sulit diajak berdialog dan lebih banyak menghindar dari pertemuan-pertemuan keluarga.

       Anak remaja membutuhkan teman seperjalan dalam meraih impian mereka. Mereka membutuhkan nasehat dan arahan dalam hidupnya. Selain itu mereka membutuhkan model keteladanan yang bisa dicontoh. Orangtua harus memfungsikan dirinya sebagai sahabat yang baik dengan cara:

1. Memberikan waktu yang berkualitas bukan waktu yang sisa di tengah kesibukan bekerja. Hal ini akan membuat anak menyadari bahwa orangtuanya sangat memberikan perhatian kepadanya dan memprioritaskan dirinya ditengah kesibukan pekerjaan orangtuanya. Investasi waktu yang berkualitas pada anak akan memunculkan anak yang memiliki harga diri yang sehat sehingga mereka tidak mudah jatuh dalam pergaulan yang negatif. Mereka akan merasakan kebahagiaan dalam diri mereka karena orangtua menyediakan waktunya yang penting bagi mereka. Remaja ketika melihat orangtuanya memberikan waktu berkualitas, mereka sedang menangkap pesan dari orangtua  bahwa “aku (orangtua) selalu hadir disaat kamu membutuhkan, bahkan di waktu-waktu tergelapmu sekalipun.” Kehadiran orangtua ditengah kesibukan pekerjaan akan memperkuat sinyal  yang bagus bagi relasi orangtua dengan remaja. Tanpa ada paksaan, mereka akan mudah untuk bercerita dengan terbuka, dan mereka mudah untuk mendengar arahan orangtua mereka. Memberikan waktu berkualitas dapat diwujudkan juga dengan  orangtua dapat  melakukan kegiatan bersama-sama dengan anak remajanya; nonton bioskop, bermain bersama, berlibur, memancing, dll.

2. Menjadi pendengar yang baik bukan komentator atau pun penasehat. Anak remaja terkadang hanya butuh didengarkan dan dipahami dan tidak butuh dikomentari. Ketika orangtua mampu dan mau merelakan dirinya menjadi pendengar yang baik, anak remaja akan merasa dihargai sebagai satu pribadi. Terkadang apa yang disampaikan anak remaja tidak masuk akal atau konyol, bahkan sebagai orangtua ketika mendengar apa yang diceritakan anak remajanya, terlihat hanyalah persoalan yang sangat kecil/sepele. Namun, orangtua perlu menahan diri untuk tidak memotong pembicaraannya, tahanlah untuk tidak mengomentari atau meremehkan persoalan atau hal-hal yang disampaikan anak remaja dan juga jangan memberi nasehat kecuali diminta. Dibutuhkan penguasaan diri bagi orangtua untuk tidak merusak moment yang baik ketika anak remaja sedang mengungkapkan isi hatinya. Dan dibutuhkan orangtua yang bisa dipercaya ketika anak remajanya menceritakan hal-hal yang sangat rahasia baginya. Khususnya, ketika terjadi konflik orangtua dengan anak remaja, orangtua tidak diperkenankan untuk mengungkap semua apa yang sudah pernah diceritakan oleh anaknya sebagai bentuk ekspresi kemarahan orangtua atau senjata intimidasi. Orangtua perlu menghargai keterbukaan anak remajanya, memberi ruang dan kesempatan bagi anak remaja untuk curhat sehingga jarak bisa direkatkan. Dengan melakukan pendekatan sebagai seorang sahabat, anak remaja dapat bertukar pikiran dan bercerita kepada orangtuanya dengan bebas tanpa tekanan bahkan orangtua dapat memberikan masukan kepada anak remajanya.

3. Ekspresikan bahasa cinta pada anak remaja. Berikan kata-kata peneguhan ketika anak remaja anda merasa kurang yakin. Berikan pelukan kehangatan dan yakinkan bahwa anda sebagai orangtua memahami apa yang menjadi kesulitannya dan anda akan selalu ada bersamanya untuk menjadi pendukung tetapnya, apapun yang terjadi. Kata-kata peneguhan akan memberikan kepastian akan rasa aman dalam diri remaja. Orangtua perlu memahami emosi remaja yang seringkali masih labil. Orangtua dapat memberikan reward atau hadiah ketika anak melakukan hal-hal yang baik,  atau saat  membuat kemajuan dalam diri mereka. Setiap reward/hadiah yang diberikan dengan BIJAK oleh orangtua akan menjadi perekat hubungan. Kasih dan penerimaan orangtua terhadap anak remajanya bahkan disaat mereka membuat keputusan-keputusan yang salah sekalipun, akan memberikan  rasa aman dalam diri mereka bahwa mereka tidak pernah sendiri dan hal itu juga akan membangunkan sikap optimisme bahwa mereka bisa membuat langkah-langkah besar untuk masa depan mereka. Mereka akan yakin dengan dirinya bahwa mereka bisa membalikkan keadaan kegagalan menjadi keberhasilan.

4. Mendiskusikan sesuatu yang berkaitan dengan perkembangan anak remaja anda. Seringkali orangtua selalu menganggap remaja yang sudah beranjak dewasa masih seperti anak kecil, sehingga remaja tidak merasa nyaman ketika berbicara dengan orangtua. Orangtua perlu menyadari bahwa anaknya sudah remaja dan bukan lagi anak-anak dan tidak dapat diperlakukan seperti anak-anak. Orangtua perlu mengembangkan komunikasi yang empatik, dimana orangtua dapat memahami kondisi anak remajanya dan bisa menempatkan diri pada situasi anak remajanya.  Dalam masa perkembangan, remaja seringkali berhadapan dengan pergumulan identitas diri sehingga memunculkan konflik diri, belum lagi pergumulan dengan peer groupnya, rasa ketertarikan pada lawan jenisnya dan seks, impian, pergumulan dalam studinya, dll. Semua ini bisa menjadi stres tersendiri dan remaja membutuhkan orang dewasa yang bisa membimbingnya dan menemaninya dalam menjalani semua pergumulannya sehingga mereka bisa melewati semuanya dengan baik.



Orangtua tidak hanya membuat keputusan untuk menjadi Sahabat tapi juga menjadi Pelatih bagi anak remajanya

       Dalam perjalanan hidupnya remaja akan mengalami perkembangan dan otomatis akan terjadi perubahan-perubahan pada dirinya baik secara fisik, emosional, kognitif/mental, seksual, dan hal ini anak membutuhkan seorang pelatih kehidupan yang bisa mendampingi, mengarahkan dan menemukan kekuatan atau kelebihan seorang remaja. Selain menjadi sahabat, orangtua juga harus memfungsikan dirinya sebagai pelatih kehidupan anak remajanya. Remaja membutuhkan pelatih kehidupan untuk mengembangkan dirinya sehingga bisa mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam dirinya. Apa yang bisa dilakukan orangtua sebagai seorang pelatih kehidupan bagi anak remajanya?
 
a. Orangtua dapat menolong anak remajanya dengan membangun kesadaran akan potensi-potensi yang ada dalam dirinya yang perlu digali untuk kemaksimalan hidupnya. Sehingga pencapaian dari impian-impiannya dapat terwujud. Orangtua dapat menolong remaja untuk mengenali apa yang menjadi kekuatan anak remajanya lalu menggali bersama kekuatan tersebut.

b. Orangtua dapat menantang anak remajanya untuk membuat perubahan-perubahan dalam dirinya sehingga perubahan itu dapat menolong dirinya dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul dalam kehidupannya. Perubahan-perubahan itu termasuk di dalamnya adalah perubahan karakter, perubahan cara berpikir dan perubahan sikap.

c. Orangtua dapat melatih dan memperlengkapi anak remajanya dengan keterampilan kehidupan. Contoh: remaja sangat membutuhkan bimbingan dalam hal membangun relasi yang baik dengan masyarakat, memperlengkapi remaja dengan keterampilan memilih dan mengembangkan relasi yang sehat dengan peer groupnya, termasuk dalam berpacaran,  remaja juga membutuhkan keterampilan dalam hal mengelola waktu dan keuangan yang baik, dll.

d. Orangtua dapat mengarahkan anak remajanya untuk dapat mengaktualisasi dirinya sehingga hidupnya bermakna dimulai dari usia muda.  Bagaimana hidup yang memberi inspirasi bagi orang lain, bagaimana menjadi remaja yang memberi nilai tambah dan memberikan keteladanan hidup dimana pun dia berada, bagaimana menjadi pemimpin di usia remaja, dll.



       Menjadi pelatih kehidupan bagi anak remaja, merupakan bagian penting dalam fungsi yang harus dimainkan oleh orangtua. Usia remaja merupakan usia pengembangan diri ke arah yang lebih positif dan mereka membutuhkan peran orangtua yang dapat melatih mereka untuk membangun diri mereka menjadi lebih baik.  Hal mendasar bagi orangtua untuk dapat menjadi pelatih kehidupan yang efektif bagi anak remajanya, sedikitnya datang dari 3 faktor dasar ini:

1.     Menjadi Pelatih kehidupan remaja dimulai dari orangtua yang mau belajar. Remaja hari ini dikenal sebagai generasi Netizen, dimana internet telah membentuk budaya baru, cara pandang baru, nilai-nilai,  dalam generasi ini. Orangtua, mau tidak mau harus belajar mengenali ciri-ciri generasi hari ini untuk memudahkan membangun relasi dengan mereka. Membesarkan remaja hari ini sangat berbeda dengan membesarkan remaja jaman orangtua. Orangtua yang malas belajar akan semakin tidak memahami dunia remaja hari ini. Bukan berarti orangtua harus tahu semuanya. Paling tidak, orangtua tahu bagaimana membangun jembatan dengan anak remajanya dan bukan membangun tembok pemisah, mengenali dunia anak remajanya sehingga dapat menolong anak remajanya tidak teperangkap dalam hal-hal yang salah, dan juga dapat mengelola konflik dengan baik ketika berbenturan dengan remaja sehingga dapat berakhir dengan kebahagiaan, dan kreatif dalam melakukan pendekatan pada remaja. 

   Orangtua perlu belajar dengan tujuan untuk memperlengkapi diri dengan informasi/pengetahuan sehingga dapat melatih anak remajanya. Orangtua hanya bisa melatih atau membagikan sesuatu kepada anak remajanya sesuai dengan apa yang dimilikinya. Orangtua yang malas belajar tidak akan dapat membagikan sesuatu kepada anak remajanya karena dia tidak memiliki apa-apa untuk dibagikan (bukan materi/uang yang saya maksud). Dan kalaupun orangtua bisa membagikan sesuatu kepada anak remajanya, hal itu tidak akan sesuai dengan kebutuhan anak remajanya karena orangtua tidak memiliki informasi apapun yang sebenarnya bisa didapat dari pembelajaran. Orangtua akan menjadi sulit terkoneksi dengan dunia anak remajanya.  Karena itu kita sering menemukan konflik tajam antara orangtua dengan anak remajanya hanya karena “tidak saling connect”.

2.     Menjadi Pelatih Kehidupan remaja dimulai dari orangtua yang rindu memberikan warisan yang terbaik bagi anak-anaknya dan cucunya. Orangtua harus memiliki cara pandang yang jauh kedepan melintasi generasinya. Bahwa apa yang dia kerjakan dan putuskan hari ini akan dinikmati oleh generasi kedua, ketiga dan seterusnya. Sangat disayangkan ada beberapa orangtua yang memiliki cara pandang hanya “hari ini.” Orangtua seperti ini masih asik dengan dirinya sendiri, menghabiskan waktu hanya untuk dirinya sendiri, melakukan tindakan-tindakan yang merusak dirinya sendiri (mabuk, judi, selingkuh, dll), tidak memberikan keteladanan yang baik,  tidak mau memperlengkapi diri untuk anak-anaknya. Orangtua seperti ini selalu beranggapan bahwa “anak-anak saya nantinya toh, akan bertumbuh dengan sendiri, yang penting tugas saya sebagai orangtua memberi makan, dan menyekolahkan.” “Kalau anak remaja saya tidak mau dengar perintah dan kemauan saya, ya sudah,  biar dia keluar dari rumah saya.” Orangtua semacam ini adalah orangtua yang lebih dari para pemenang, dia menang untuk dirinya sendiri dan telah mengalahkan dan menghancurkan anaknya. Kelak, kenangan pada orangtua semacam ini adalah kenangan tentang gagalnya warisan terbaik yang seharus diterima oleh generasi terbaik. Sebagai orangtua kita harus tetap memiliki mimpi yang besar untuk anak-anak kita dan memberikan warisan yang terbaik untuk generasi yang akan datang.

3.     Menjadi Pelatih kehidupan remaja dimulai dari hati yang mengasihi Tuhan. Tanpa mengasihi Tuhan, orangtua akan menolak kebenaran firman Tuhan. Padahal firman Tuhan adalah prinsip hidup yang harus diwariskan kepada anak-anak. Tanpa mengasihi Tuhan otomatis anak-anak akan kehilangan suasana surga di rumah dan kehilangan gambaran bapa di surga melalui ayah dan ibunya di rumah. Tanpa mengasihi Tuhan maka kita tidak akan mengalami dan tidak akan memahami bagaimana hidup dalam indahnya anugerah. Dan itu akan berpengaruh pada hubungan dengan anak remajanya. Tanpa mengasihi Tuhan, orangtua tidak akan memiliki benih-benih Firman Tuhan yang dapat ditaburkan dalam hati anak-anaknya, dimana benih-benih itu seharusnya menjadi pegangan dalam perjalan hidup bagi anak remajanya.

          Orangtua adalah orang kepercayaan Tuhan atau wakil Tuhan yang dipercayakan untuk mengasuh dan mendidik anak-anak sehingga mereka mencapai tujuan Ilahi atas hidup mereka. Peran dan fungsi orangtua dalam hidup anak remaja sangat penting. Cara orangtua mengasuh, mendidik, mendewasakan dan kedalaman relasi orangtua-anak akan mempengaruhi masa dewasa anak-anak mereka. Menjadi sahabat dan pelatih dalam kehidupan anak remaja, akan membuat mereka  menjadi lebih produktif, lebih mampu, lebih berfungsi dan maksimal. “Selamat menjadi seorang sahabat dan pelatih kehidupan bagi anak remaja anda!” (AW)