Rabu, 06 Mei 2015

KEKUATAN PERKATAAN DARI SEORANG AYAH



“Kata-kata itu ibarat pisau tajam yang mampu memotong, memisahkan bagian demi bagian. Ketika kata-kata tidak dapat dipertanggung jawabkan, maka akan ada banyak kehancuran dan kerugian yang dialami oleh dirinya dan orang lain dan akan mempengaruhi perjalanan hidupnya.”


       Peran seorang ayah sangat penting dalam kehidupan anak-anaknya (bukannya saya mengecilkan peran seorang ibu, tapi tulisan ini akan lebih berfokus tentang peran seorang ayah). Kualitas kehidupan pribadi seorang ayah akan mempengaruhi kehidupan anak-anaknya. Baik itu kualitas kepemimpinannya, kualitas karakter dan integritasnya, kualitas kedalaman pengenalannya secara pribadi dengan Tuhan dan kualitas relasinya dengan istrinya serta kualitas yang berkaitan dengan dunia kerjanya. Kualitas-kualitas tersebut akan terlihat jelas dan dipelajari oleh anak-anak,  salah satunya adalah melalui kata-kata yang diucapkan oleh seorang ayah.

       Kata-kata seorang ayah memiliki kuasa dan akan mempengaruhi masa depan anak-anaknya. Sebagai seorang pemimpin di rumah, perkataan seorang ayah merupakan pencerminan dari dirinya dan hal itu akan terpancar bagi anak-anaknya. Ketika seorang ayah tidak dapat menghidupi apa yang dikatakannya maka kekuatan pengaruh dari dirinya sebagai seorang ayah akan menjadi tumpul. Namun, yang harus disadari oleh para ayah adalah bahwa kata-kata yang mereka lepaskan entah positif atau negatif memiliki kuasa penciptaan. Anak-anak dan masa depannya akan dibentuk oleh perkataan ayahnya. Ditengah banyak para ayah yang berjuang untuk mengumpulkan harta kekayaan yang nantinya bisa diwariskan kepada anak-anaknya, terkadang para ayah lupa bahwa anak-anak tidak sekedar menerima warisan harta kekayaan melainkan mereka juga menantikan warisan melalui kata-kata berkat ayahnya. Sepertinya ini merupakan hal yang sepele, tetapi kita bisa kembali kepada prinsip dasar bahwa perkataan memiliki kuasa yang mampu menciptakan, membangun atau meruntuhkan. Dan perkataan seorang ayah akan mampu mengubah arah hidup seorang anak, khususnya di masa dewasanya.


KISAH KEKUATAN PERKATAAN SEORANG AYAH DI ALKITAB

       Alkitab menegaskan akan pentingnya para ayah untuk berkata-kata dengan tepat kepada anggota keluarganya, khususnya kepada anak-anaknya. Bahkan dalam beberapa kisah di alkitab, di perjanjian lama ada beberapa kasus yang mengisahkan kekuatan perkataan seorang ayah. Kisah seorang ayah yang bernama Yakub, dimana sebelum kematiannya datang, dia mengumpulkan anak-anaknya dan meletakkan tangannya diatas kepala anak-anaknya dan melepaskan kata-kata berkat, kata-kata penuh kasih dan iman atas mereka tentang masa depan.  (Kejadian 49) Dan apa yang diperkatakan oleh Yakub, kata-katanya telah mengarahkan anak-anaknya menghidupi masa depan tepat seperti apa yang diperkatakan oleh Yakub. Perkataan Yakub menjadi sebuah warisan yang tidak terlihat awalnya, namun perkataan Yakub menuntun anak-anaknya memasuki kehidupan yang berbeda.

       Yakub belajar dari ayahnya tentang pentingnya berkata-kata yang benar tentang masa depan anak-anaknya. Yakub bukan sekedar belajar tapi dia sendiri juga mengalami kuasa dari kata-kata berkat yang dilepaskan Ishak ayahnya. Bahkan untuk memperebutkan kata-kata berkat yang diucapkan dengan iman dari seorang ayah, Yakub berkelahi dengan Esau kakaknya (Kejadian 27). Mereka tidak memperebutkan warisan harta melainkan warisan kata-kata berkat dari ayahnya, dan mungkin ini sesuatu yang berbeda dengan kondisi hari ini, dimana banyak anak-anak meributkan, bahkan saling menghancurkan hanya untuk warisan dari orangtuanya. Tidak sedikit terjadi pembunuhan, melaporkan saudara kandungnya ke pengadilan bahkan saling bermusuhan hanya karena warisan. Mereka mengorbankan hubungan darah hanya untuk warisan materi. Tragis.

       Esau Dan Yakub memahami benar kuasa dari kata-kata yang diucapkan oleh ayahnya sebagai otoritas Allah yang telah ditetapkan dalam keluarga mereka. Para ayah harus menyadari bahwa dalam perkataan mereka ada kuasa yang meng”create” masa depan anak-anak mereka. Kata-kata para ayah akan menentukan atmosfir seperti apa yang akan menguasai rumah mereka. Para ayah harus menyadari bahwa hidup mereka telah ditetapkan Tuhan bukan sekedar menjadi suami dan ayah tapi Allah meletakkan otoritas Ilahi dalam hidup mereka, dan otoritas itu akan bekerja salah satunya melalui perkataan. Sudah seharusnya para ayah melepaskan kata-kata berkat, kata-kata nubuatan tentang masa depan anak-anaknya.

       Suatu prinsip kebenaran yang sederhana dari Firman Tuhan, dimana para ayah diminta untuk melepaskan kata-kata yang memberkati dan bukan kata-kata negatif. Namun jika tindakan para ayah menyederhanakan tentang pentingnya berkata-kata yang tepat kepada anak-anak mereka, maka para ayah cenderung menyepelekan kuasa kata-kata yang keluar dari mulutnya. Dan hal ini merupakan tindakan kebodohan dari para ayah.  Berapa banyak kita bisa jumpai para ayah yang berkata-kata jahat terhadap anak-anak mereka. Kata-kata yang diucapkan para ayah ini, menunjukkan betapa anak tidak dihargai sebagai satu pribadi. Mereka merendahkan anak mereka dengan  kata-kata yang tidak sepantasnya dikeluarkan dari mulut seorang ayah, seorang figur teladan di rumah dan seorang pemimpin keluarga.  Bukan hal yang mengejutkan jika anak-anak pada akhirnya kehilangan rasa hormat terhadap ayah mereka. Dan lebih parahnya, anak-anak harus kehilangan warisan dari janji Allah tentang masa depan mereka. Mereka menjadi tepat seperti apa yang ayah mereka katakan dan nubuatkan.





       Saya akan membagikan beberapa hal penting  yang perlu para ayah cermati sebagai evaluasi pribadi, jika ingin menjadi ayah yang memperkatakan kata-kata berkat & profetic, serta rindu melihat anak-anaknya memasuki kehidupan yang berlimpah di masa hidup mereka :

1.     PERKATAAN YANG BENAR MENGALIR DARI SUMBER YANG BENAR. (Seorang ayah harus terlebih dahulu menjadi sumber yang benar sehingga yang keluar adalah hal-hal yang benar).

       Sejauh mana para ayah menjaga hidupnya benar dihadapan Allah akan menentukan dirinya menjadi sumber yang bagus atau tidak dalam mengalirkan perkataan. “Apakah ada mata air yang memancarkan air tawar dan air pahit dari sumber yang sama?” Yakobus 3:11 (IBIS) Dari kehidupan yang benar, akan mengalir perkataan yang benar, karena kita tahu kekudusan tidak pernah menghasilan dua macam aliran perkataan yang baik dan jahat, berkat dan kutuk. Sebuah panggilan Ilahi bagi para pria untuk berdiri menjadi ayah yang mampu menjaga hatinya dengan segala kewaspadaan karena dari hatilah kehidupan yang sebenarnya terpancar (Amsal 4:23).

       Yesus memberikan gambaran tentang hati sebagai tempat perbendaharaan atau tempat penyimpanan dan apa yang keluar dari mulut kita menunjukkan kondisi hati kita yang sebenarnya (Matius 12:35-37). Jika hati kita kudus maka yang keluar adalah perkataan yang benar dan kudus serta memberkati. Namun yang sangat menyedihkan adalah banyak ayah yang menunjukkan kondisi hatinya kotor dengan mengeluarkan kata-kata kutuk dan jahat kepada anak-anak mereka. Ditopang juga dengan kondisi jiwanya yang terluka dan  emosi yang tidak sehat semakin memperkuat para ayah mudah melepaskan kata-kata jahat, kutukan kepada anak-anak mereka. Ketika kata-kata jahat dan kutukan dilepaskan kepada anak-anak, kata-kata tersebut akan mudah sekali menancap kuat dalam hati dan pikiran anak-anak, apalagi yang mengucapkan adalah ayah mereka yang memiliki otoritas di rumah. Bagi anak-anak yang sedang bertumbuh mereka akan mudah mempercayai apa pun yang dikatakan oleh orangtua mereka sebagai kebenaran karena orangtua adalah figur otoritas bagi mereka. Kata-kata itu akan membentuk masa depan anaknya.

       Menjadi sebuah tantangan bagi para ayah untuk berjalan dalam kehidupan yang bersih sehingga hidup kita mengalirkan air kehidupan yang bersih pula. Pengaruh dari kehidupan yang bersih akan dirasakan oleh seisi rumah. Pemazmur berkata, ketika seorang ayah atau suami hidup dalam takut akan Tuhan, maka kebahagiaan akan menjadi bagian dari seisi rumahnya. Tidak hanya berhenti pada berbahagia tapi juga berkat akan melimpah bagi seisi rumah. Itu artinya para ayah atau suami menjadi penentu kebahagiaan dan kelimpahan dari seisi keluarganya (Mazmur 128). Beranikah kita sebagai para ayah dan suami membangun kehidupan kita menjadi sumber atau mata air yang bersih?

2.     SETIAP KATA-KATA YANG TELAH DILEPASKAN TIDAK DAPAT DITARIK ULANG. (Seorang ayah harus bertanggung-jawab atas setiap kata-katanya dihadapan Tuhan).

       Sebagaimana waktu yang tidak dapat diputar ulang atau seperti anak panah yang lepas dari tali busur dan terbang melesat dan tidak bisa kembali lagi ke busur, seperti itulah ketika kata-kata yang telah diucapkan, tidak akan bisa ditarik ulang atau pun diralat. Dan kuasa dari kata-kata itu akan bekerja dan memberikan dampak bagi kehidupan diri sendiri maupun orang lain, dalam hal ini adalah pribadi dan masa depan anak-anak. Ketika kata-kata kutukan atau kata-kata jahat dilepaskan, maka akan ada anak yang terluka dan hancur. Alkitab banyak mengajarkan kepada kita untuk lambat bicara dan cepat untuk mendengar. Artinya ketika kita para ayah tidak bisa mengontrol dengan baik kecepatan dan ketepatan kita dalam berbicara, maka kita akan lebih banyak mengalami kerugian dan kita akan kehilangan moment-moment terbaik kita.

       Para ayah harus menyadari betapa pentingnya untuk menjadi bijak dalam berkata-kata, memikirkan terlebih dahulu kata-kata apa yang pantas diucapkan bagi anak kita dan apa dampak dari perkataan kita bagi anak ketika mereka mendengar dan menangkap setiap kata-kata yang telah kita ucapkan. Sering kita mendengar bahwa penyesalan selalu datang terlambat akibat kurangnya kedewasaan diri dalam berkata-kata. Kisah yang cukup tragis adalah ketika Esau meminta ayahnya Ishak untuk memberkati dirinya setelah Yakub menerima warisan berkat anak sulung  (Kejadian 27:35-38), Ishak berkata:

35  Jawab ayahnya: "Adikmu telah datang dengan tipu daya dan telah merampas berkat yang untukmu itu."
36  Kata Esau: "Bukankah tepat namanya Yakub, karena ia telah dua kali menipu aku. Hak kesulunganku telah dirampasnya, dan sekarang dirampasnya pula berkat yang untukku." Lalu katanya: "Apakah bapa tidak mempunyai berkat lain bagiku?"
37  Lalu Ishak menjawab Esau, katanya: "Sesungguhnya telah kuangkat dia menjadi tuan atas engkau, dan segala saudaranya telah kuberikan kepadanya menjadi hambanya, dan telah kubekali dia dengan gandum dan anggur; maka kepadamu, apa lagi yang dapat kuperbuat, ya anakku?"
38  Kata Esau kepada ayahnya: "Hanya berkat yang satu itukah ada padamu, ya bapa? Berkatilah aku ini juga, ya bapa!" Dan dengan suara keras menangislah Esau.

       Ishak dan Esau tidak dapat menarik perkataan berkat yang sudah dilepaskan bagi Yakub. Dan kebenarannya adalah “setiap ayah harus memahami bahwa apapun bentuk kata-kata yang anda lepaskan bagi anak-anakmu, entah itu kata-kata berkat atau kata-kata kutuk, maka kata-kata itu tidak akan dapat ditarik ulang dan kata-kata itu akan bekerja dalam kehidupan anakmu dan akan membentuk masa depan mereka.




 3.     ANAK-ANAK MEMBUTUHKAN KATA-KATA BERKAT AYAHNYA. (Seorang ayah harus mengenali kebutuhan anak-anak dan pentingnya kata-kata dalam memenuhi kebutuhan tersebut).

       Setiap anak memiliki kebutuhan psikologis, salah satunya adalah rasa aman. Rasa aman di dapatkan di rumah dalam bentuk penerimaan, dikasihi, dan tersedianya kebutuhan bagi fisik untuk bertumbuh seperti makanan yang cukup dan bergizi. Rasa aman bagi anak-anak akan membuat mereka bertumbuh dengan sehat, baik secara fisik, emosi, spiritual, intelektual maupun sosial mereka. Namun jika anak-anak dirumah lebih sering mendapatkan kata-kata kutukan, makian, dan kata-kata jahat lainnya, hal itu akan menghancurkan rasa aman mereka. Dampak yang dialami oleh anak dalam keluarga yang suka mengeluarkan kata-kata jahat akan membentuk harga diri anak yang tidak sehat, anak menjadi stres, motivasi belajar anak menjadi rendah dan lebih parah adalah anak akan mempercayai apa yang dia dengar sehingga menjadi keyakinan dalam diri mereka bahwa kata-kata yang diucapkan oleh orangtuanya khususnya ayah merupakan kebenaran bagi dirinya. Tanpa disadari anak akan menjalani sebuah kehidupan tepat seperti apa yang diperkatakan oleh ayahnya. Pola kebiasaan ini juga akan membentuk anak menyukai untuk berkata-kata kasar dan jahat kepada orang lain, hatinya menjadi keras dan memberontak, dia akan kehilangan empati atas orang lain.

       Kita pasti menyetujui bahwa sedari kecil setiap anak menyukai kata-kata yang positif, kata-kata yang benar dan itu akan mempengaruhi tumbuh kembang anak-anak. Kita bisa melihat seorang ibu yang memuji-muji bayi yang digendongnya dan si bayi menjadi tenang dan tersenyum. Lebih spesifik lagi, bahwa setiap anak membutuhkan kata-kata berkat dari ayahnya, karena ayah merupakan kepala keluarga dan  memiliki otoritas rohani. Seorang ayah dapat berbicara kepada anaknya: “anakku, Tuhan akan menjagai hidupmu”, “engkau adalah anak yang  cerdas”, dll. Anak-anak juga membutuhkan kata-kata berkat penerimaan sehingga rasa aman itu dialaminya, “ayah, sangat mengasihimu nak, ayah bangga padamu”, atau “Kenzie, papa akan beri Kenzie ciuman besar”, dll. Para ayah dapat berdoa dan memberkati dengan kata-kata berkat yang bersifat nubuatan: “anakku Devon, engkau akan bertumbuh menjadi besar dan ketika saatnya tiba, engkau akan menjadi orang terpenting di bangsa ini, Tuhan akan mengangkat dan menempatkan engkau untuk memberkati banyak orang. Engkau akan menjadi tempat perteduhan dimana orang-orang yang lemah akan merasa aman dan terlindungi, orang-orang yang lapar akan dikenyangkan dengan kebaikan Tuhan melalui dirimu. Seperti singa yang mengaum, kepemimpinan dalam dirimu akan membawa orang-orang untuk hidup benar dan mereka akan mengenal Tuhan Yesus.” Para ayah, anda bisa berdoa dan memperkatakan kata-kata iman dan profetik yang akan membawa anak anda untuk menghidupi apa yang anda perkatakan.

       Para ayah buanglah kata-kata kutukan atau kata-kata jahat seperti, “kamu bodoh”, “semua menjadi kacau gara-gara kamu”, “ayah yakin kamu besar tidak akan memiliki masa depan”, “siapa yang mau dengan kamu gadis yang sakit-sakitan”, “ayah tidak pernah menemukan hal-hal yang baik dari kamu”, “dasar, anak yang tidak pernah diuntung, ayah menyesal punya anak seperti kamu”, dll. Dari kata-kata jahat dan kutukan inilah lahir generasi minder dengan harga diri yang rendah, pemberontak, liar, menolak aturan, sulit konsentrasi, jatuh dalam free sex dan kecanduan. Hal ini disebabkan karena mereka tidak memiliki berkat rasa aman, merasa tidak dipedulikan, ketakutan, tidak mengalami kata-kata peneguhan akan hidup mereka yang lebih baik untuk masa mendatang.

4.     AYAH YANG MEMBANGUN KEDEKATAN DENGAN ANAK-ANAKNYA (seorang ayah adalah seorang pribadi yang dikenali luar dalam oleh anaknya bukan hanya dikenal sebagai pencari uang)

       Saya belajar untuk memperkatakan kata-kata berkat kepada kedua anak saya baik melalui doa bersama mereka maupun saat bermain dengan mereka. Bagi saya yang dibesarkan dari ayah yang jarang melepaskan kata-kata berkat, saya harus melatih diri untuk membiasakan melepaskan kata-kata berkat. Namun untuk memulainya, saya harus membangun relasi dengan anak-anak saya sejak awal. Sejak kelahiran anak pertama, saya belajar untuk membangun kedekatan dengan anak saya. Karena tanpa adanya kedekatan, sulit bagi para ayah untuk melepaskan kata-kata berkat. Mengenal anak-anak saya secara pribadi, mengenali keunikan kepribadian mereka masing-masing dan kelebihan mereka, membuat saya mudah untuk melepaskan kata-kata berkat.

       Para ayah harus memiliki kedekatan dengan anak khususnya ketika anak sudah remaja, sehingga para ayah dapat memiliki akses untuk dapat berkomunikasi dan berbagi perasaan. Ketika para ayah melepaskan kata-kata berkat, namun tidak  memiliki kedekatan sebagai jembatan penghubung, sangat mudah bagi anak-anak khususnya remaja mengabaikan setiap kata-kata berkat yang diucapkan ayahnya,  anak bisa juga tidak mengimani, bahkan bisa mencurigai motif ayahnya dan tidak menghargai apa yang ayahnya perkatakan,. Pengabaian ini akan membuat luka baru baik bagi ayah maupun bagi anak. Secara khusus bagi ayah yang sudah terbiasa mengucapkan kata-kata kutuk atau jahat, maka untuk memulai memperkatakan kata-kata berkat, seorang ayah harus mengupayakan membangun jembatan hubungan terlebih dahulu dan meminta maaf untuk semua kata-kata jahat yang pernah diucapkan sambil mematahkan kekuatan kuasa penciptaan dari kata-kata jahat/kutuk tersebut melalui kuasa darah Tuhan Yesus.



5.     SEORANG SUAMI MENGENALI TUJUAN HIDUPNYA SEBAGAI SEORANG AYAH. (Panggilan Allah pada seorang suami untuk menjadi ayah merupakan anugerah terbesar).

       Menjadi seorang ayah bukanlah sebuah kebetulan karena faktor istri tidak mandul tetapi menjadi ayah merupakan sebuah kepercayaan dari Allah. Dalam panggilan menjadi ayah, Allah meletakkan sebuah tujuan, dimana ayah akan mempresentasikan kemuliaan ALLAH BAPA, dan memperkenalkan pribadi-Nya dan karakter-Nya. Bagaimana seorang anak dapat mengenal Allah sebagai Bapa yang baik? Melalui ayahnya di rumah. Bagaimana anak dapat mempercayai karakter Allah Bapa? Melalui karakter ayahnya di rumah. Bagaimana seorang anak dapat meyakini pemeliharaan Allah Bapa? Melalui tanggung jawab ayahnya yang bekerja.
       Serangan dari kerajaan gelap untuk menghancurkan generasi hari ini dan yang akan datang adalah dengan merusak figur ayah di rumah dengan cara sederhana yakni membuat para ayah tidak mengenali tujuan hidupnya sebagai ayah. Panggilan yang mulia ini dirusak sedemikian rupa agar anak-anak menjadi sulit mengenali Allah Bapa karena para ayah tidak dapat mempresentasikan kemuliaan Allah Bapa di rumah.
       Rick Warren dalam bukunya purpose driven Live mengatakan,  “Tanpa Allah, kehidupan tidak memiliki tujuan, dan tanpa tujuan kehidupan tidak memiliki makna. Tanpa makna, kehidupan tidak memiliki arti atau harapan.” Banyak ayah justru mengerjakan hal-hal di luar panggilannya sebagai ayah sehingga hidup mereka tidak bermakna dan pencapaian mereka di dunia kerja hanyalah sebuah kedangkalan hidup karena mereka tidak menghidupi apa yang menjadi tujuan Allah dalam panggilannya  sebagai seorang ayah.




PARA AYAH YANG MEMBERIKAN HASIL
       Saya tidak menganjurkan para ayah sekedar berbicara baik kepada anak-anaknya melainkan lebih dari itu bahwa kata-kata yang diucapkan dan diimani dari seorang ayah, datang dari hati yang mengasihi anak dan mampu melihat masa depan anak dengan mata iman dan memperkatakan hal tersebut kepada anak. 
       Namun kita tidak bisa lepas dari prinsip dasarnya bahwa seorang ayah yang melepaskan kata-kata yang menciptakan kepribadian anak yang tangguh dan masa depan anak yang baik,  terlebih dahulu harus mengenal dan mengalami kasih dari ALLAH BAPA di sorga. Pengalaman kehidupan berjalan bersama ALLAH BAPA di sorga akan membedakan ayah yang sekedar berbicara baik kepada anaknya dengan ayah yang berbicara dengan otoritas Allah kepada anak-anaknya. Para ayah seperti ini akan memberikan hasil bagi generasi masa depan. Hidupnya akan memberikan warisan kekal bagi anak-anaknya. 

       "Kehormatan dan keteladanan seorang ayah akan dikenang oleh generasi keturunannya sebagai sebuah keharuman sejarah keluarga." Salam perjuangan dari saya untuk para ayah yang membaca tulisan ini, dan mari kita hargai dan mainkan panggilan kita sebagai seorang ayah bagi anak-anak kita. (*Andi Wijaya)