Kamis, 04 Juli 2013

ARTI SEBUAH PERSAHABATAN


Membangun sebuah persahabatan sama halnya dengan menciptakan keindahan dalam hidup kita, karena persahabatan merupakan anugerah Tuhan. Kita dapat belajar tentang arti  menjadi “teman seperjalanan” (ini kata yang paling saya suka) dalam kehidupan ini. Menemukan sahabat terbaik sama halnya menemukan harta terpendam, yang membuat kita menjadi kaya dalam kebijaksanaan, kaya dalam keterampilan mengelola hubungan, dan  kaya dalam melihat hal-hal terbaik dari orang lain. Namun tidak semua persahabatan yang dibangun bisa berdampak baik tapi juga bisa menghancurkan. Bagaimana seseorang memilih teman (khususnya remaja) untuk dijadikan sahabat akan menentukan arah kemana dia akan bertumbuh dan berkembang nantinya. Dengan kata lain bahwa pemilihan teman tidak bisa dianggap sepele. Menjadi produktif tidaknya seorang remaja hingga masa dewasanya, sangat dipengaruhi dengan siapa dia bergaul. 
 
Dalam peribahasa China dimana di dalamnya menyangkut filosofi atau pesan moral, mengatakan bahwa “Setelah perjalanan jauh, anda akan mengetahui kekuatan kuda anda”.  Setelah bergaul  lama, kita akan mengetahui karakteristik teman kita. Teman sejati dapat kita ketahui melalui pertemanan yang lama dimana kita dapat menyelami isi hatinya dan menguji kesetiaannya saat kita “jatuh” dan membutuhkan dukungan serta pertolongannya. Kita tidak bisa menilai oranghanya dari tampang dan bobot komunikasinya. Dalam setiap hubungan termasuk dalam hubungan persahabatan akan membentuk karakter seseorang.



Betapa pentingnya arti persahabatan dan tidak ada nilai tukar uang yang dapat membeli sebuah persahabatan yang sejati. Tuhan Yesus memberikan penegasan akan nilai sebuah persahabatan dengan menjelaskan bahwa seorang sahabat berani memberikan nyawanya bagi sahabatnya. “Orang yang paling mengasihi sahabat-sahabatnya adalah orang yang memberi hidupnya untuk mereka.” (BIS. Yohanes 15.13). Keberanian untuk berkorban dan memberikan hidupnya atau nyawa merupakan kualitas dari sebuah persahabatan yang sejati. Salah satu dasar dari sebuah persahabatan adalah “saling memberi dan menerima (take and give)”. Jika dalam persahabatan hanya terjadi proses “menerima saja” maka persahabatan akan cenderung mengambil keuntungan pribadi dan akan terjadi dimana sahabat menjadi “korban sembelihan”. Sebenarnya ada banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari sebuah persahabatan yang sejati. Salomo berkata bahwa “Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara.” (Amsal 18:24). Persahabatan yang dibentuk dengan sehat dapat memulihkan, menyembuhkan dan mendewasakan seseorang. Untuk itu dibutuhkan tanggung jawab dalam persahabatan tidak hanya sekedar sebuah relasi. Mari kita lihat beberapa keuntungan dari sebuah persahabatan sejati:
  • Melalui persahabatan, karakter dan motif seseorang diuji dan dimatangkan. Salomo seorang yang berhikmat mengatakan, “Sebagaimana baja mengasah baja, begitu pula manusia belajar dari    sesamanya” (Amsal 27.17 – BIS). Dalam relasi persahabatan, dua   orang akan menjadi sangat dekat  dan saling mempertajam karakter mereka.  Konflik   merupakan hal yang lazim dalam persahabatan, namun melalui konflik karakter kita semakin diperkuat, pengenalan akan seseorang terhadap sahabatnya semakin di perluas. Jika kita menghendaki dalam sebuah persahabatan tidak ada konflik, itu artinya  kita sedang menurunkan nilai dari suatu persahabatan. Semakin mengenal seseorang (sahabat),  semakin kita  akan mengenali karakternya, kelemahan/kekurangannya, perbedaan yang sangat mencolok dan itu  akan membuat proses “penajaman” terjadi.  Dalam proses penajaman inilah,  motif  seseorang dalam membangun relasi akan terungkap.  Sekali lagi bahwa dalam persahabatan   “konflik” bukanlah hal yang menakutkan untuk dihadapi, justru lewat konflik pengenalan satu sama lain akan semakin berkembang, motif persahabatan akan semakin terlihat, dan  semakin terlatih melihat akar dari persoalan sehingga mampu berespon dengan tepat terhadap masalah yang datang.Namun ketika anda sedang menjalani sebuah persahatan   yang tidak sehat, alangkah baiknya anda  berusaha melepaskannya dari pada anda “gambling”  terhadap cerahnya masa  depan anda.  

  • Melalui persahabatan, kekuatan  untuk mempengaruhi satu sama lain bekerja dengan  efektif. Sebuah statement berkata, “Beritahukan  kepada saya dengan siapa anda berteman/bersahabat,    maka saya akan memberitahukan masa depan anda. Beritahukan kepada saya    siapa teman anda, maka saya akan memberi tahu kepada anda kualitas hidup anda.” Dalam persahabatan, kekuatan pengaruh akan bekerja dengan sendirinya dan tanpa disadari seseorang akan berubah perilakunya, cara bicaranya,  gaya hidupnya, cara dia berespon terhadap masalah, dll. Seseorang yang kuat akan mendominasi pengaruhnya kepada sahabatnya. Paulus menegaskan dalam suratnya kepada jemaat di Korintus “Janganlah tertipu! Pergaulan yang buruk, merusakkan kebiasaan/ahlak yang baik” (I Korintus 15.33). Waspadai bahwa ada banyak orang yang tertipu dalam pergaulan yang salah hingga pergaulannya mengubah kehidupannya. “Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa  berteman dengan orang bebal menjadi malang” (Amsal 13:20) 
   
  • Melalui persahabatan, relasi anda dengan Tuhan (kualitas spiritual) berkembang atau bisa juga menjadi stagnan bahkan mengarah kepada kematian spiritual. Ketika anda jauh  dari Tuhan, seorang sahabat sejati mendorong anda untuk kembali mendekat kepada Tuhan. Sahabat anda akan menentukan kualitas rohani anda. Ada bebeberapa orang yang awal  kehidupannya dimulai dengan kerohanian yang baik, namun setelah bergaul dan bersahabat dengan orang yang salah, lambat-laun mereka mulai undur dari Tuhan dan menjauh dari perkara-perkara yang Ilahi. 

  • Melalui persahabatan, anda semakin ditantang  untuk menjadi lebih baik dari pada hari  ini dan untuk seterusnya. Menemukan sahabat-sahabat terbaik (meskipun tidak banyak) akan membuat hidup kita bergairah, arah hidup kita semakin jelas karena para sahabat selalu turut menjaga arah dan gerak langkah kaki kita. Saya selalu mendapatkan dorongan-dorongan ekstra dari sahabat-sahabat saya untuk membuat lompatan yang lebih jauh, untuk bergerak lebih cepat mencapai kemaksimalan hidup. Dalam persahabatan kita akan saling menantang untuk menjadi lebih baik, secara khusus pada sisi karakter kita. Persahabatan yang sejati sangat memahami akan pentingnya kekuatan karakter dan hal ini akan menjadi fokus dari sebuah persahabatan. Kekuatan karakter akan menentukan masa depan seseorang.  
      


  • Melalui persahabatan, potensi seseorang akan tergali (eksplorasi diri). Ketika kita berjalan dalam persahabatan sejati, kita akan mendapatkan bahwa potensi dalam diri kita akan semakin berkembang, akan ada banyak hal-hal baru yang akan kita temukan. Menyadari bahwa setiap orang diciptakan special dan unik oleh Tuhan tidaklah cukup, kita harus berani dan tidak bermalas-malasan untuk menggali potensi yang ada dalam diri kita. Seorang sahabat tidak cukup hanya mengenali pribadi sahabatnya, namun dia juga mengenali apa yang menjadi potensi dalam diri sahabatnya dan melalui relasi yang dibangunnya dia akan mendorong dan menolong sahabatnya untuk menghidupi potensi tersebut. Menjadi pribadi yang maksimal merupakan bagian dari tujuan inti sebuah persahabatan.


MENGEVALUASI PERSAHABATAN

Penting sekali untuk kita berani mengevaluasi persahabatan kita, untuk mengetahui sejauh mana pengaruh persahabatan yang kita jalani mempengaruhi hidup kita. Ajukan beberapa pertanyaan dibawah ini sebagai bentuk evaluasi diri kita:
  1. Teman seperti apakah yang anda inginkan masuk dalam kehidupan anda (kualitas sahabat seperti apa yang anda inginkan)?
  2. Jika anda memiliki sahabat, pengaruh seperti apa yang anda rasakan?
  3. Sejauh apa anda memberikan kontribusi dalam kehidupan sahabat anda?
  4. Apakah peranan Allah dalam persahabatan anda?
  5. Apakah sahabat anda membuat anda semakin mengasihi Tuhan?
  6. Apakah anda siap melepaskan sahabat anda saat anda tahu bahwa anda telah salah   menempatkan orang dalam hidup anda?
  7. Bagaimana hidup anda hari ini saat anda menjalani  persahabatan dengan orang-orang pilihan anda, apakah anda mengalami kemajuan atau anda mengalami kemunduran?
  8. Bagaimana persahabatan anda dengan Allah sendiri?



Jika kita kembali mengarahkan perhatian kita kepada tulisan Paulus bahwa “pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik.” (2 Korintus 15:33) Maka itu artinya Paulus menghendaki kita untuk mengevaluasi pergaulan kita, dengan siapa kita bergaul dan kualitas orang seperti apakah yang kita jadikan sebagai sahabat. Paulus tidak  sekedar menulis tapi ada kebenaran yang nyata bahwa ketika kita salah dalam memilih sahabat maka pergaulan dengan orang yang salah akan mengantar kita kepada kerugian yang sangat besar.Betapa pentingnya memilih orang yang dapat kita jadikan sebagai sahabat dan hal ini tidak bisa kita anggap sepele. Tetapi mengapa ada banyak orang salah dalam memilih sahabat? Mengapa ada banyak anak muda, yang awalnya baik tiba-tiba dalam hitungan waktu yang pendek berubah menjadi pemakai narkoba, terlibat dalam pola hidup free sex, menjadi pemberontak di rumah, dan berbagai macam kisah lainnya? Seorang ibu bertanya sekaligus menjelaskan kepada saya, “Anak saya semenjak bersahabat dengan si A, hidupnya berubah, dia sudah tidak seperti  anak saya yang dulu yang saya kenal. Dulu dia baik, pengertian, tidak suka berbuat macam-macam, tapi hari ini dia berbeda, kenapa dia berubah seperti itu? Apa yang harus saya lakukan?

Banyak orangtua yang kehilangan anak mereka  ketika anak-anak mereka  memilih persahabatan yang salah. Apa yang menjadi penyebabnya adalah karena mereka kehilangan ketajaman dalam memilih orang-orang yang akan dijadikan sahabat bagi mereka. Lalu kualitas yang seperti apa yang   harus ada dalam diri seseorang yang dapat dijadikan sahabat? (elemen persahabatan)

1.  Memiliki kualitas kesetiaan.  Salomo dalam tulisannya mengatakan bahwa “sifat yang  diinginkan   pada seseorang ialah kesetiaannya”. Bahkan lebih lanjut Salomo menegaskan bahwa  “Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia siapakah   menemukannya?”   (Amsal 19:22 ; 20:6).  Dalam persahabatan sangan dibutuhkan kualitas kesetiaan. Kesetiaan disini adalah kesetiaan yang    tidak berubah, tidak lekang waktu. Secara khusus kesetiaan seorang sahabat  teruji melalui situasi yang buruk yang kita alami, apakah sahabat   kita tetap hadir menopang, mensupport kita, menemani kita melewati situasi yang buruk atau tidak. Orang baik jumlahnya banyak,  namun tidak   semua orang baik memiliki karakter kesetiaan. Kualitas kesetiaan yang dimiliki seseorang merupakansesuatu yang langka, jumlahnya sangat sedikit. Kesetiaan merupakan bentuk penerimaan seseorang terhadap sahabatnya tanpa  syarat dan di dalamnya ada trust and love. Kesetiaan persahabatan tidak akan pernah dirusak oleh kegagalan bahkan kejatuhan (bahkan kejatuhan secara moralpun) sahabatnya. Sahabat sejati akan datang untuk mengulurkan tangannya untuk mengangkat sahabatnya dari kejatuhan, bahkan hadir disaat sahabatnya ada dalam keterpurukan sekalipun. Dia hadir bukan untuk membenarkan perilaku sahabatnya tapi dia hadir untuk menopang sahbatnya untuk bangkit dari kegagalan. Dia datang karena pribadi sahabat itu. Sahabat yang baik selalu hadir membawa anugerah Tuhan dalam persahabatannya. Kesetiaannya tidak dapat dibeli dengan uang, atau yang lainnya. Baginya kesetiaan adalah hidupnya. Jika anda adalah seorang yang setia, berbahagialah orang yang menemukan kesetiaan anda dan yang telah menjadikan anda sebagai sahabatnya. Jika anda memiliki seorang sahabat yang setia, jangan pernah lepaskan atau mengkhianati sahabat anda dan justru anda harus belajar menjadi setia pula.

2.   Memiliki kemampuan menaruh kasih disetiap waktu/musim kehidupan. “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran”. (Amsal 17:17). Setiap orang memiliki musim dalam kehidupannya; ada kalanya kita harus memasuki musim   kesendirian,  kegagalan, musim kedukaan, dan di musim-musim seperti inilah kita membutuhkan  tangan yang kuat untuk menopang kita untuk tetap bisa berjalan. Tuhan terkadang menjawab doa kita dan memberikan kekuatan melalui orang-orang yang ada di dekat kita. Sahabat adalah pribadi yang siap menyatakan kasihnya di semua musim. Bahkan  ketika kita gagal dia ada untuk menerima kita dalam kegagalan dan mendorong kita untuk kembali  bangkit. Seorang sahabat tetap menyatakan kasih dan pengampunan serta maafnya ketika kita melakukan sebuah kesalahan tanpa dia pergi meninggalkan kita karena kecewa  dengan kita. Menaruh kasih di setiap musim merupakan karakter khas yang dapat dijumpai dalam sebuah persahabatan yang sehat. Kasih di setiap musim selalu menyediakan pengampunan, mneyediakan ruang untuk menerima kegagalan sahabat, ada telinga yang tersedia untuk mendengar setiap curahan hati bahkan ada keberanian untuk menegur ketika sahabatnya berjalan dalam jalur yang salah. Kasih di setiap musim kehidupan selalu menghadirkan kehangatan dalam persahabatan dan hal ini akan semakin mempererat persahabatan tersebut.



3. Memiliki kemampuan untuk berani berkorban. “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” (Yohanes 15:13). Yesus Kristus merupakan sahabat sekaligus teladan bagi kita dalam mengembangkan persahabatan. Memberikan nyawa menunjukkan  sebuah ukuran tertinggi dari sebuah pengorbanan. Sebuah tindakan yang keluar dari kepentingan diri sendiri dan masuk pada kepentingan sahabatnya. Persahabtan yang tidak sehat adalah ketika persahabatan dijadikan sebagai tempat pemuasan kepentingan diri sendiri dengan mengorbankan sahabatnya mengatasnamakan persahabatan. Persahabatan selalu menarik anda ke atas dan bukan menurunkan anda. Dalam persahabatan ada banyak hal yang akan dikorbankan, tapi pengorbanan tersebut akan menjadikan nilai persahabatan semakin tinggi dan kualitas persahabatan tersebut menjadi berbeda.

4. Memiliki kualitas kemurnian moral. “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firmanMU.” (Mazmur 119:9) Persahabatan yang sehat selalu menempatkan firman Tuhan sebagai dasar pijakan untuk menjaga masing-masing pribadi tinggal dalam kualitas kemurnian moral.  Dalam persahabatan yang sehat  harus ada kegairahan  untuk memiliki firman dan menghidupi firman Tuhan. Hidupnya masing-masing pribadi selaras dengan firman Tuhan. Standar yang dihidupi akan memandu dalam persahabatan. Namun bukankah ayat tersebut khusus untuk anak muda? Ya benar, masa muda adalah waktu untuk sebanyak mungkin memperkuat fondasi iman. Sehingga ketika umur bertambah fondasi itu akan tetap kokoh dan bisa  diwariskan kepada generasi selanjutnya. Ketika firman Tuhan menjadi nilai atau standar dalam persahabtan, maka setiap ada hal yang dilanggar atau ada perilaku yang tidak sesuai dengan firman Tuhan, maka sebagai seorang sahabat harus berani untuk menegur dengan cara yang tepat dan dengan tujuan yang tepat.



5. Memiliki keterbukaan.  “TUHAN bergaul karib  dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya  kepada mereka.”( Mazmur 25:14). Firman Tuhan mengajarkan satu prinsip dalam persahabatan bahwa selalu ada keterbukaan dalam sebuah persahabatan. Rahasia selalu ada pada seorang sahabat. Keterbukaan disini akan menjadi buruk atau baik tergantung dari persahabatan itu sehat atau tidak. Dalam keterbukaan dengan sahabat atau tidak ada rahasia yang tersebunyi bukan berarti  mengumbar rahasia pribadi sahabat kita kepada orang lain. Dalam keterbukaan inilah sebuah persahabatan sedang mengembangkan kepercayaan dan kejujuran. Dalam kerahasiaan bukan berarti seorang sahabat menutupi kesalahan atau membiarkan sahabatnya ada dalam kesalahan. Namun, ketika seorang sahabat “curhat” dan apa yang disampaikannya harus disikapi dengan bijaksana. Jika yang disampaikan adalah sebuah pelanggaran, maka sebagai seorang sahabat, dia harus menegur dan mengarahkan kembali sahabatnya pada jalur kebenaran dengan tetap menjaga sahabatnya dari kejatuhan.

Beberapa model persahabatan yang tidak sehat:
1. Persahabatan yang menekankan keuntungan pribadi. Orientasi persahabatan yang dibangun adalah untuk memuaskan kepentingan dirinya sendiri. Modus “memanfaatkan” sahabat merupakan ritual setiap harinya. Persahabatan dengan model ‘lintah” seperti ini  tidak akan bertahan lama.

2. Persahabatan yang menjadi tempat “ketergantungan” yang tidak sehat. Ada orang yang bersahabat karena dia merasa tidak mampu menjalani kehidupan. Ketika dia menemukan seorang teman yang bisa menanggung, memahami kondisinya maka dia akan menggunakan trik manipulasi untuk mendapatkan tempat bergantung. Tempat bergantung merupakan solusi bagi dia untuk lari menghindari dari membereskan apa yang menjadi kelemahan hidupnya. Contoh: orang yang mengalami krisis kasih dalam hidupnya, jika dia tidak membereskan dengan tuntas persoalan hidupnya, dia akan cenderung bergantung dalam persahabatan. Bersahabat dengan orang yang malas dan tidak mau bekerja, maka persahabatan akan menjadi tempat yang nyaman bagi pemalas tersebut untuk bergantung hidup “menunggu suplay kebutuhan” dari sahabatnya.Dan masih banyak contoh-contoh lain tentang ketergantungan yang tidak sehat melalui persahabatan. Ketergantungan ini akan menyebabkan nantinya menjadi sebuah kecanduan. Dan ketika persahabatan tersebut akan diakhiri, biasanya dia akan menggunakan trik manipulasi atau ancaman dengan tujuan supaya dia tidak kehilangan persahabatan tersebut. Karena kehilangan persahabatan, itu berarti dia kehilangan tempat untuk bergantung.

3. Persahabatan yang memperkuat kelemahan. Setiap orang memiliki kelemahan yang harus dibereskan. Persahabatan merupakan tempat dimana kita bisa membangun hubungan dan lewat relasi dengan sahabat kita, kita bisa mulai membereskan kelemahan kita secara bertahap. Sahabat dapat menjadi penjaga bagi kita, sekaligus peniup peluit bagi kita untuk memberikan arah, teguran dan nasehat. Namun tidak semua persahabatan menghasilkan hal-hal yang baik. Terkadang persahabatan justru semakin memperkuat kelemahan seseorang. Ini menjadi “warning” bagi kita bahwa ketika persahabatan tidak berjalan dengan baik seperti yang diharapkan dan justru mengarah kepada jalan yang salah, kita semakin kuat dalam karakter yang salah, kelemahan semakin menguat maka tidak ada jalan lain kecuali kita harus mengakhiri persahabatan tersebut. Kelemahan harus diurus dan dibereskan bukan untuk dihindari. Dalam persahabatan kelemahan bisa diurus bersama karena kekuatan bertambah.




Jika anda sedang membangun persahabatan, mungkin anda perlu untuk melakukan beberapa hal ini:
1.  Mulailah dengan visi persahabatan anda. Apa yang ingin anda capai bersama melalui persahabatan tersebut harus dibicarakan di awal sebelum memulai untuk berjalan bersama.

2.  Kembangkan kualitas persahabatan atau elemen persahabatan (seperti uraian di atas) sehingga persahabatan tersebut berdampak dan memiliki nilai yang kokoh.

3. Sepakati bersama standar apa yang akan anda pakai dalam membangun persahabatan. (seharusnya standar Firman Tuhan dan bukan standar sistem dunia)

4. Namun jika anda sudah membangun persahabatan, ambillah waktu untuk mengevaluasi ulang persahabatan anda. Jika anda menemukan kejanggalan atau kesalahan-kesalahan kecil yang belum diurus/diperbaiki, ambillah waktu untuk berbicara dengan sahabat anda. Karena kesalahan kecil yang tidak diurus akan berkembang menjadi kesalahan besar yang akan merusak persahabatan anda.

5.  Dalam buku The  Christian Therapist’s Notebook 2, Philip J. Henry dkk, menjelaskan bahwa persahabatan bisa menjadi jangkar, pelampung atau jerat. Kita perlu memikirkan ulang, teman-teman/sahabat kita ada di kelompok mana?
  • JANGKAR = Seseorang yang menyediakan stabilitas namun mungkin akan menghalangimu melakukan apa yang  ingin atau  apa yang seharusnya kamu lakukan.
  • PELAMPUNG = Seseorang yang ada saat kamu membutuhkannya. Sumber pertolongan pada masa kesusahan. Seseorang yang menarikmu untuk melakukan hal-hal yang positif.
  • JERAT = Seseorang yang mungkin menyenangkan untuk bergaul tetapi yang bisa menyeretmu ke dalam berbagai masalah.

Tugas anda adalah memikirkan kembali teman-teman anda dan memasukkan nama teman-teman anda sesuai kelompok JANGKAR atau PELAMPUNG atau JERAT. Perhatikan apakah ada pola tertentu yang muncul dalam persahabatan anda. Selamat menjalani hidup ini bersama sahabat anda. Nikmati hari-hari anda bersama sahabat.

*      Tulisan ini didedikasikan untuk sahabatku Keluarga Sibourg di Bandung


Referensi :
Philip J. Henry dkk, The  Christian Therapist’s Notebook 2, PELIKAN Publishing,2009

Rabu, 26 Juni 2013

Jangan Lepaskan Genggaman Tanganku..


Jangan lepaskan genggaman tanganku... 
meski tangan ini mulai terasa lelah, namun tetaplah pegang erat-erat genggamanku....
Ketika mata mulai meredup dan kekuatan mulai memudar ... 
tetaplah pegang  tanganku dan jangan pernah lepaskan....
biar kehangatan cinta itu terus mengalir dalam tubuhku...
 hingga  aku tertidur nyenyak dalam keabadian...



Pernikahan merupakan sebuah perjalanan hidup sepasang suami istri yang telah mengikatkan diri dalam suatu  janji pernikahan, “sampai maut memisahkan”. Namun tidak semua pasangan bisa melewati tahun-tahun pernikahannya dengan sukses. Banyak pernikahan kandas di tengah jalan, padahal di awal  pernikahan mereka begitu yakin sebagai pasangan yang terbaik, sebagai tulang rusuk yang tepat. Namun fakta menjelaskan kepada kita, bahwa banyak pernikahan yang diakhiri dengan perceraian, perselingkuhan bahkan ada pernikahan yang dijalani dengan hubungan suami istri yang dingin/beku dalam 1 rumah (rumah menjadi sebuah frezer/mesin pendingin - perceraian secara emosi).

Melihat hal ini, kita harus kembali kepada makna sejati dari sebuah pernikahan. "Mengapa Allah mendesign sebuah pernikahan?" "Seserius apakah Allah terhadap pernikahan?"  Norman Wright dalam bukunya So You’re Getting Married, menyebutkan bahwa “pernikahan adalah sebuah hadiah. Pernikahan adalah sebuah kesempatan untuk belajar tentang cinta. Pernikahan adalah perjalanan yang harus kita lalui dengan berbagai pilihan dan konsekuensi . Pernikahan adalah  panggilan untuk melayani, untuk bersahabat, untuk menderita. Pernikahan adalah proses pemurnian...” Pernikahan yang sehat selalu mengantar pada perubahan yang lebih baik bagi pasangan suami istri; sehingga menjadi pribadi-pribadi yang matang dan dewasa.

Lalu mengapa banyak pernikahan menjadi kandas di tengah jalan?Mengapa banyak impian dan harapan terkubur dalam ikatan pernikahan dan berakhir dengan perpisahan? Mengapa sesuatu yang indah dan manis yang didesign oleh Allah tidak dinikmati oleh beberapa pasangan suami istri dalam pernikahan mereka? Apa yang dituangkan dalam tulisan ini hanyalah beberapa dari penyebab mengapa perceraian atau perpisahan secara emosi menjadi pilihan sebuah pasangan bagi pernikahannya.
  • Ketika pernikahan dipengaruhi oleh masa lalu yang tidak terselesaikan. Ada beberapa pasangan suami istri masih membawa masa lalu kehidupan mereka yang belum dibereskan. Terkadang ada kenangan-kenangan dari masa lalu yang masih membayangi pernikahannya. Entah luka-luka dari masa kecil, bentukan-bentukan di masa remaja atau kekecewaan sebelum memasuki pernikahan, bahkan bisa juga kekecewaan di tahun-tahun awal pernikahan. Peristiwa yang melukai di masa lalu ini bisa terbentuk dari orangtua, saudara, saudara atau orang lain. Contoh yang sering terjadi adalah ada suami atau istri yang terperangkap kembali dengan cinta masa lalunya dengan mantan pacarnya melalui perjumpaan tanpa sengaja dikarenakan kisah cinta masa lalu belum diakhiri. Atau ada suami yang pemarah dan suka melakukan kekerasan pada istrinya dikarenakan luka bentukan masa kecilnya yang belum dituntaskan, dan masih banyak contoh lainnya . Memberi tempat bagi pengaruh dari masa lalu bekerja, sama halnya dengan memberikan kendali untuk masa lalu mengendalikan sebuah perkawinan. Praktek kendali ini akan selalu diikuti dengan kebiasaan mengintimidasi pasangan dan memanfaatkan kondisi  tersebut untuk mengambil keuntungan sepihak. Ada juga suami atau istri berada dalam posisi penyesalan yang tidak benar, sebuah campuran antara perasaan bersalah dan penyesalan atas pilihan-pilihan yang buruk di masa silam, sehingga menyalahkan diri sendiri. Pengaruh  dari masa lalu yang tidak dituntaskan akan menghancurkan kepercayaan pada pasangan maupun kepada diri sendiri. Betapa pentingnya pemberesan dari masa lalu dan dibutuhkan pengampunan dan penerimaan tanpa syarat di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.






  • Ketika pernikahan tidak lagi menjadi sebuah keintiman yang mencakup segala bidang yang harusnya di rawat dan dikembangkan. Beberapa pasangan suami istri berfokus hanya membangun keintiman seksual, namun mengabaikan keintiman yang lain. Ketika keintiman yang dibangun tidak mencakup keintiman segala bidang maka akan sering memunculkan konflik-konflik baru dan kesalahpahaman. Sebenarnya keintiman pasangan suami istri akan semakin berkembang ketika mereka memiliki perspektif yang sama. Ketika keintiman di segala bidang dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik, maka kepuasan dan kenikmatan akan menjadi milik pasangan suami istri. Dibutuhkan kesamaan perspektif dalam mencapai keintiman di segala bidang sehingga aktivitas apapun yang dikerjakan dapat dinikmati bersama. Pria lebih mengutamakan keintiman fisik sedangkan wanita lebih mengutamakan keintiman emosional tetapi  pasangan suami istri seharusnya mengembangkan semua keintiman di semua bidang/area dan bukan hanya pada satu atau dua bidang/area keintiman.  Norman Wright menyebutkan ada 9 area/bidang  keintiman yang harus dicapai pasangan suami istri:
1.       Keintiman Seksual.
2.       Keintiman Emosional (Selaras satu sama lain)
3.       Keintiman intelektual (Kedekatan dalam pemikiran).
4.       Keintiman Estetika (Berbagi tindakan dalam menciptakan keindahan)
5.       Keintiman Kreativitas (Berbagi tindakan dalam menciptakanbersamaan)
6.       Keintiman Rekreasional (Hobby dan kesenangan yang saling berhubungan)
7.       Keintiman kerja (Kedekatan dalam membagi tugas-tugas umum)
8.       Keintiman Krisis (Kedekatan dalam menghadapi masalah dan penderitaan)
9.       Keintiman Konflik (Menghadapi dan bergumul melawan perbedaan)
         
       Sebagai tambahan, pasangan suami istri perlu mencapai keintiman sosial dan 
       keintiman spiritual.




  • Ketika cinta  dalam pernikahan menjadi hambar. Seiring waktu terkadang perlakuan suami atau istri kepada pasangannya tidak lagi mesra seperti dulu. Ada beberapa pasangan yang mengatakan  bahwa hubungan mereka sudah seperti kakak-adik bahkan ada yang seperti bos dan pelayan (menempatkan pasangan hanya untuk melayani saja). Banyak pernikahan berjalan sepertinya terlihat baik tapi pada kenyataannya pernikahan berjalan dengan hambar diakibatkan kehilangan romans. Menurut Paul Gunadi, seorang pembicara, pengajar dan terapis keluarga, menjelaskan bahwa fungsi romans sebagai perekat pernikahan. Dimana kita akan menghadirkan pasangan  di dalam hati kita dan kita akan berfokus pada kelebihannya. Dan fungsi kedua dari romans adalah menghapus kesalahan-kesalahan pasangan dari hati kita. Ketika romans hilang dari diri seorang suami atau istri, mereka tidak akan lagi menghadirkan pasangan mereka di hati mereka, mudah melupakan dan menjadi tidak akrab. Selain itu ketika romans hilang dari pernikahan maka yang selalu diingat bukan kebaikan pasangan melainkan kesalahan-kesalahan yang diperbuat, bahkan kesalahan masa lalu yang sudah dibereskan pun akan tetap diingat. Tidak heran jika ada istri atau suami yang suka mengungkit-ungkit kesalahan pasangannya dan sulit mengampuni.



  • Membiarkan kerusakan tetap ada tanpa membuat perbaikan. Beberapa pasutri menyepelekan konflik-konflik yang terjadi dan terkadang memiliki sikap membiarkan konflik-konflik internal tidak terselesaikan. Sehingga konflik-konflik tersebut terakumulasi dan menjadi rintangan dalam perjalanan pernikahan mereka. Ada banyak luka disana-sini karena sikap membiarkan masalah tidak terselesaikan. Sikap cuek ini pada akhirnya berubah menjadi sikap mendiamkan pasangan. Ketika sikap mendiamkan terjadi dalam pernikahan, maka memunculkan sikap saling membalas sehingga mengakibatkan konflik baru yang lebih besar. Ketika konflik tidak diselesaikan maka yang ada hanyalah konflik yang berkepanjangan dan hal ini akan menghancurkan pengharapan dari pasangan  maupun diri sendiri. Kerusakan  seringkali juga terjadi pada suami atau istri yang tidak memainkan peran dan fungsinya dengan tepat. Suami yang tidak tegas dan lemah dalam membuat keputusan berkaitan dengan hal-hal penting sehingga istri mendapat celah untuk menjadi dominan dan mengambil fungsi sebagai kepala keluarga, mengakibatkan kekacauan peran. Namun bukannya ada perbaikan tapi semakin menguat, sehingga suami kehilangan wibawa dan otoritas. Atau terjadinya kerusakan dalam komunikasi karena suami atau istri dibesarkan dari keluarga yang minim dalam hal  keterampilan berkomunikasi, sehingga mengakibatkan seringnya terjadi kesalah-pahaman dalam relasi suami istri. Evaluasi bersama merupakan hal penting untuk melihat kerusakan telah terjadi dimana saja dan berusaha untuk membuat perbaikan tanpa mencari siapa yang  “pantas” dikambing-hitamkan atau disalahkan.




Kabar baiknya bahwa di dalam Tuhan Yesus Kristus selalu ada harapan untuk sebuah pemulihan pernikahan. Seburuk apapun keadaan sebuah pernikahan, seberat apapun kegagalan sebuah pernikahan, selalu ada harapan untuk sebuah pemulihan pernikahan dan itu hanya bisa terjadi melalui Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus  sangat menghargai dan menghormati sebuah pernikahan, untuk itulah alkitab mencatat bahwa Allah sangat membenci perceraian. (Maleakhi 2:15-16). Namun hal ini tidak lepas dari peran serta suami atau istri untuk merendahkan hati memperbaiki apa yang salah dalam sebuah pernikahan mereka. Ada beberapa langkah-langkah  untuk menolong pasangan suami-istri dapat melewati tahun-demi tahun pernikahannya dan menjadikan pernikahan sebagai  ikatan perjanjian yang saling mendewasakan.
  • Menempatkan Tuhan Yesus Kristus sebagai pusat dalam pernikahan. Hal yang utama dan terutama dalam sebuah pernikahan adalah dengan mengundang kehadiran Sang Perancang pernikahan itu sendiri yakni Tuhan Yesus Kristus untuk menjadi Pusat dari kehidupan pernikahan. Dalam kehadiranNya akan mengalir kuasaNya, sukacita, damai sejahtera, kasih dan kekuatan yang memampukan suami istri untuk saling mengasihi dan menerima pasangan tanpa syarat. Mencapai pernikahan yang langgeng tidak bisa dilepaskan dari faktor kehadiran Tuhan Yesus Kristus karena tanpa faktor ini, sebuah pernikahan akan menjadi pernikahan yang kering dan lambat-laun akan hancur. Pernikahan kristen yang menempatkan Tuhan Yesus sebagai pusat dalam pernikahan tersebut akan memberikan ruang kebebasan bagi Tuhan Yesus untuk memimpin dan mengarahkan pernikahannya untuk mencapai apa yang menjadi gambaran besar dari rencanaNya melalui pernikahan.
  • Tetap Berpegang pada komitmen. Sebuah pernikahan akan selalu mengalami ujian komitmen. Janji pernikahan akan semakin kokoh dan  berakar kuat ketika ujian datang. Janji pernikahan akan menjadi hidup ketika pasangan suami istri belajar berkomitmen pada janji tersebut. Berkomitmen dalam pernikahan akan menolong pasangan suami istri tetap bertahan dalam segala keadaan. Komitmen bukanlah sebuah komitmen sampai komitmen itu dinyatakan dalam tindakan.  Pernikahan merupakan sebuah tindakan memelihara dan menjalankan komitmen yang tidak bersyarat yang melibatkan dua orang. Saya menyukai pernikahan kristen yang berada dalam  frame kebenaran Fiman Tuhan, bahwa dalam pernikahan kristen, sejatinya  tidak mengenal kata pembatalan janji nikah, tidak ada revisi janji nikah dan tidak ada keuntungan sepihak. Merupakan hal yang lucu, bila dalam sebuah pernikahan yang baru dimulai dalam sebuah perberkatan pernikahan di gereja, dan salah satu pasangan sudah mengantisipasi, bahwa jika suatu saat terjadi perceraian atau  perpisahan maka sudah ada rencana nanti anak-anak akan ikut siapa, harta harus dibagi dengan  adil, dll. Jika pernikahan sudah diramalkan akan bercerai , mengapa tidak memilih untuk memperkuat komitmen pernikahan? Permasalahan yang menerpa sebuah pernikahan boleh jadi  belum pergi, tetapi pernikahan akan semakin kuat ketika komitmen menjadi pegangan bagi pasangan suami istri.



  • Perlunya mengembangkan keterampilan merawat pernikahan. Melatih keterampilan sebagai usaha merawat pernikahan menunjukkan bahwa untuk sebuah pernikahan yang langgeng dibutuhkan usaha dan perhatian untuk menjaga hubungan yang penuh kasih dan sehat sehingga pernikahan bukan suatu hubungan yang hanya sekedar dijalani. Mengembangkan keterampilan merawat pernikahan ibarat memberikan oksigen bagi pernikahan untuk tetap hidup. Mengembangkan keterampilan merawat pernikahan menyangkut bagaimana pasutri terampil dalam berkomunikasi, terampil dalam mengelola konflik, terampil dalam memenuhi kebutuhan pasangan, terampil dalam mengelola cinta, terampil dalam mengembangkan keintiman, dll. Merawat sebuah pernikahan membutuhkan usaha keras dari suami istri, ada kerja sama, ada kerinduan yang sama untuk pernikahannya menjadi lebih baik. Pasangan suami istri yang mengembangkan keterampilan merawat pernikahan merupakan  pasangan yang memahami hakekat pernikahan, berusaha untuk tetap berada dalam jalur rencana Tuhan melalui pernikahan, mengetahui bahwa nilai sebuah pernikahan dan keluarga adalah harga yang mahal dan bernilai tinggi dan tidak bisa dipandang rendah.
  • Jika perjalanan pernikahan anda mulai terasa berat dan melelahkan, ambillah waktu untuk beristirahat sejenak bersama pasangan anda.  Anda dapat kembali membuka kenangan masa-masa awal perkenalan, membuka kembali album foto pernikahan, meluangkan waktu untuk retreat khusus pasangan suami istri,  nonton film berdua, memasak berdua di dapur, mengambil waktu honey moon kembali, atau merayakan tahun-tahun perjalanan pernikahan anda berdua. Ada banyak cara yang bisa kita ambil sebagai waktu untuk beristirahat sejenak dan mengumpulkan kekuatan kembali untuk melanjutkan perjalanan pernikahan. Pasangan suami istri dapat kembali mengisi tangki cinta dengan berbagai kreativitas mengelola cinta. Penting pula untuk membicarakan kembali visi pernikahan, harapan-harapan yang ingin dicapai bersama, dll karena hal ini akan memperkuat kembali otot-otot pernikahan anda.


  • Menyadari bahwa pasangan kita adalah pribadi yang melengkapi setiap kekuatan dan kelemahan kita. Setiap pasangan suami istri sedang ada dalam proses pengenalan akan pasangannya yang tidak akan pernah berakhir. Saya pernah menjumpai ada suami bahkan istri juga,  memperlakukan pasangannya dengan seenaknya tanpa rasa hormat, apalagi ketika berjumpa dengan kelemahan pasangannya, mereka memborbardir pasangan mereka dengan kata-kata yang menyakitkan. Jagalah perkataan kita dengan sungguh-sungguh. Jangan ada perkataan kotor keluar dari mulut kita dan merendahkan pasangan kita.  (Efesus 4:29-30). Dalam hal kemarahan; marahlah dengan  cara yang benar, pada saat yang tepat dengan tujuan yang benar. Jangan sampai kemarahan kita merendahkan  pasangan kita. Jika kita perlakukan pasangan kita dengan hormat maka pernikahan akan berjalan ke arah yang baik bukan pada kesulitan. Hargai pasangan anda dan perlakukan dengan baik dan hormat sebagai teman seperjalanan anda dan teman pewaris dari kasih karunia.   


Semakin lama kita menjalani pernikahan (dimana di dalam perjalanan tersebut terkadang mengalami konflik), maka semakin kita mengenal pasangan kita. Tidak sedikit ada yang bereaksi negatif setelah semakin mengenal pasangannya “kenapa aku harus menikah dengan dia, betapa bodohnya aku, menyesal aku telah menikahi dia!” Seharusnya semakin kita mengenal pasangan kita, maka hal itu akan semakin mendorong kita untuk membuat perubahan-perubahan dalam diri kita tentang apa yang pasangan kita tidak sukai dari diri kita. Semakin besar tuntutan kita pada pasangan kita agar berubah sedangkan kita tidak membuat perubahan apapun akan menciptakan jarak, konflik baru, kebekuan dalam komunikasi dengan pasangan kita. Merupakan hal yang bijaksana jika kita yang memulai langkah pertama dengan membuat perubahan pada  diri kita terlebih dahulu, maka hal itu akan menginspirasi pasangan kita untuk ikut berubah. Saya teringat dengan tulisan  Julianto & Roswitha, dari buku   Keterampilan Perkawinan, mengatakan  bahwa tingkat kecepatan setiap orang untuk membuat perubahan berbeda-beda. Jadi jangan paksa pasangan kita berubah dalam waktu satu hari karena hal itu menjadikan pasangan kita stres berat dan jengkel. 



Semakin besar pengharggan dan rasa hormat kita pada pasangan akan membuat pasangan kita menjadi aman dan nyaman menjalani tahun-tahun pernikahan selanjutnya. Bagi para istri yang bekerja, berikan penghargaan dan penghormatan kepada suami meskipun mungkin gaji suami lebih kecil dari gajimu. Dalam pernikahan, seseorang harus memiliki kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi pasangannya,  sehingga dia dapat memahami perbedaan yang ada dan melihat perbedaan tersebut sebagai keunikan pasangannya dan menjadi kekuatan bersama. Berfokus pada kekuatan pasangan akan menolong kita dalam menjalani pernikahan dengan sukacita dan saat melihat kelemahan/kekurangan pasangan, hal tersebut akan membuat kita mampu melihat  bahwa kita ada disisinya bukan untuk menghakimi atau menyalahkan melainkan untuk menolong dan melengkapinya.

Pernikahan  merupakan sebuah perjalanan hidup dua pribadi yang dibangun diatas dasar kepercayaan, kasih dan kesetiaan. Mari, jadikan pernikahan kita sebagai inspirasi bagi setiap orang bahwa pernikahan bukanlah sebuah permainan  melainkan sebuah ikatan perjanjian yang indah yang diikrarkan oleh 2 anak manusia dan Tuhan Yesus yang menjadi saksinya untuk pernikahan tersebut  dijalani dengan penuh kasih , dinikmati dan bertujuan.
 


“Cinta yang baru bagaikan sebuah api, sungguh cantik, sungguh panas, dan bergelora. Namun itu tetap hanya sebuah cahaya yang berkelap kelip. Tapi Cinta dari hati yang  lebih dewasa dan berdisiplin bagaikan batubara, membara tidak terpadamkan.”
(Henry Ward Beecher)


* Tulisan ini aku dedikasikan untuk istriku Wenny Wijaya  teman seperjalanan hidupku, "sampai maut memisahkan kita".



Buku yang disarankan untuk dibaca:

·        Keterampilan Perkawinan, Julianto & Roswitha, Pelikan Publishing

·        So Yo’re Getting Married, H. Norman Wright, Gloria Graffa

·        Pernikahan Sebuah Surga Dunia, Charles R. Swindoll, Metanoia Publishing