Membangun sebuah persahabatan sama halnya dengan menciptakan
keindahan dalam hidup kita, karena
persahabatan merupakan anugerah Tuhan. Kita dapat belajar tentang arti menjadi
“teman seperjalanan” (ini kata yang paling saya suka) dalam
kehidupan ini. Menemukan sahabat terbaik
sama halnya menemukan harta terpendam, yang membuat kita menjadi kaya
dalam kebijaksanaan, kaya dalam keterampilan mengelola hubungan, dan kaya dalam melihat hal-hal terbaik dari orang
lain. Namun tidak semua persahabatan yang dibangun bisa berdampak baik tapi
juga bisa menghancurkan. Bagaimana seseorang memilih teman (khususnya remaja) untuk dijadikan sahabat akan menentukan arah
kemana dia akan bertumbuh dan berkembang nantinya. Dengan kata lain bahwa
pemilihan teman tidak bisa dianggap sepele. Menjadi produktif tidaknya seorang
remaja hingga masa dewasanya, sangat dipengaruhi dengan siapa dia bergaul.
Dalam peribahasa China dimana di dalamnya menyangkut
filosofi atau pesan moral, mengatakan bahwa “Setelah
perjalanan jauh, anda akan mengetahui kekuatan kuda anda”. Setelah bergaul lama, kita akan mengetahui
karakteristik teman kita. Teman sejati dapat kita ketahui melalui pertemanan yang lama dimana kita dapat
menyelami isi hatinya dan menguji kesetiaannya saat kita “jatuh” dan membutuhkan dukungan
serta pertolongannya. Kita tidak bisa menilai oranghanya dari tampang dan bobot
komunikasinya. Dalam setiap hubungan termasuk dalam hubungan persahabatan akan
membentuk karakter seseorang.
Betapa pentingnya arti persahabatan dan tidak ada nilai
tukar uang yang dapat membeli sebuah persahabatan yang sejati. Tuhan Yesus memberikan penegasan akan nilai
sebuah persahabatan dengan
menjelaskan bahwa seorang sahabat berani memberikan nyawanya bagi sahabatnya. “Orang
yang paling mengasihi sahabat-sahabatnya adalah orang yang memberi hidupnya
untuk mereka.” (BIS. Yohanes 15.13).
Keberanian untuk
berkorban dan memberikan hidupnya atau nyawa merupakan kualitas dari sebuah
persahabatan yang sejati. Salah satu dasar dari sebuah persahabatan adalah “saling
memberi dan menerima (take and give)”.
Jika dalam persahabatan hanya terjadi proses “menerima saja” maka persahabatan
akan cenderung mengambil keuntungan pribadi dan akan terjadi dimana sahabat
menjadi “korban sembelihan”. Sebenarnya
ada banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari sebuah persahabatan yang
sejati. Salomo berkata bahwa “Ada teman
yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari
pada seorang saudara.” (Amsal 18:24). Persahabatan yang dibentuk dengan
sehat dapat memulihkan, menyembuhkan dan mendewasakan seseorang. Untuk itu
dibutuhkan tanggung jawab dalam persahabatan tidak hanya sekedar sebuah relasi.
Mari kita lihat beberapa keuntungan dari sebuah persahabatan sejati:
- Melalui
persahabatan, karakter dan motif seseorang diuji dan dimatangkan. Salomo seorang yang berhikmat mengatakan, “Sebagaimana baja mengasah baja, begitu pula
manusia belajar dari sesamanya” (Amsal
27.17 – BIS). Dalam relasi persahabatan, dua orang akan menjadi sangat dekat dan saling mempertajam karakter mereka. Konflik
merupakan hal yang lazim dalam persahabatan, namun melalui konflik karakter
kita semakin diperkuat, pengenalan akan seseorang terhadap sahabatnya semakin
di perluas. Jika kita menghendaki dalam sebuah persahabatan tidak ada konflik,
itu artinya kita sedang menurunkan nilai
dari suatu persahabatan. Semakin mengenal seseorang (sahabat), semakin kita akan mengenali karakternya,
kelemahan/kekurangannya, perbedaan yang sangat mencolok dan itu akan membuat proses “penajaman” terjadi. Dalam proses penajaman inilah, motif
seseorang dalam membangun relasi akan terungkap. Sekali lagi bahwa dalam persahabatan “konflik” bukanlah hal yang menakutkan untuk
dihadapi, justru lewat konflik pengenalan satu sama lain akan semakin
berkembang, motif persahabatan akan semakin terlihat, dan semakin terlatih melihat akar dari persoalan
sehingga mampu berespon dengan tepat terhadap masalah yang datang.Namun ketika
anda sedang menjalani sebuah persahatan
yang tidak sehat, alangkah baiknya anda
berusaha melepaskannya dari pada anda “gambling” terhadap cerahnya
masa depan anda.
- Melalui persahabatan, kekuatan untuk mempengaruhi satu sama lain bekerja dengan efektif. Sebuah statement berkata, “Beritahukan kepada saya dengan siapa anda berteman/bersahabat, maka saya akan memberitahukan masa depan anda. Beritahukan kepada saya siapa teman anda, maka saya akan memberi tahu kepada anda kualitas hidup anda.” Dalam persahabatan, kekuatan pengaruh akan bekerja dengan sendirinya dan tanpa disadari seseorang akan berubah perilakunya, cara bicaranya, gaya hidupnya, cara dia berespon terhadap masalah, dll. Seseorang yang kuat akan mendominasi pengaruhnya kepada sahabatnya. Paulus menegaskan dalam suratnya kepada jemaat di Korintus “Janganlah tertipu! Pergaulan yang buruk, merusakkan kebiasaan/ahlak yang baik” (I Korintus 15.33). Waspadai bahwa ada banyak orang yang tertipu dalam pergaulan yang salah hingga pergaulannya mengubah kehidupannya. “Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang” (Amsal 13:20)
- Melalui persahabatan, relasi anda dengan Tuhan (kualitas spiritual) berkembang atau bisa juga menjadi stagnan bahkan mengarah kepada kematian spiritual. Ketika anda jauh dari Tuhan, seorang sahabat sejati mendorong anda untuk kembali mendekat kepada Tuhan. Sahabat anda akan menentukan kualitas rohani anda. Ada bebeberapa orang yang awal kehidupannya dimulai dengan kerohanian yang baik, namun setelah bergaul dan bersahabat dengan orang yang salah, lambat-laun mereka mulai undur dari Tuhan dan menjauh dari perkara-perkara yang Ilahi.
- Melalui
persahabatan, anda semakin ditantang
untuk menjadi lebih baik dari pada hari ini dan untuk seterusnya. Menemukan sahabat-sahabat terbaik (meskipun tidak banyak)
akan membuat hidup kita bergairah, arah hidup kita semakin jelas karena para
sahabat selalu turut menjaga arah dan gerak langkah kaki kita. Saya selalu
mendapatkan dorongan-dorongan ekstra dari sahabat-sahabat saya untuk membuat
lompatan yang lebih jauh, untuk bergerak lebih cepat mencapai kemaksimalan
hidup. Dalam persahabatan kita akan saling menantang untuk menjadi lebih baik,
secara khusus pada sisi karakter kita. Persahabatan yang sejati sangat memahami
akan pentingnya kekuatan karakter dan hal ini akan menjadi fokus dari sebuah
persahabatan. Kekuatan karakter akan menentukan masa depan seseorang.
- Melalui persahabatan, potensi seseorang akan tergali (eksplorasi diri). Ketika kita berjalan dalam persahabatan sejati, kita akan mendapatkan bahwa potensi dalam diri kita akan semakin berkembang, akan ada banyak hal-hal baru yang akan kita temukan. Menyadari bahwa setiap orang diciptakan special dan unik oleh Tuhan tidaklah cukup, kita harus berani dan tidak bermalas-malasan untuk menggali potensi yang ada dalam diri kita. Seorang sahabat tidak cukup hanya mengenali pribadi sahabatnya, namun dia juga mengenali apa yang menjadi potensi dalam diri sahabatnya dan melalui relasi yang dibangunnya dia akan mendorong dan menolong sahabatnya untuk menghidupi potensi tersebut. Menjadi pribadi yang maksimal merupakan bagian dari tujuan inti sebuah persahabatan.
MENGEVALUASI
PERSAHABATAN
Penting sekali untuk kita berani mengevaluasi persahabatan
kita, untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh persahabatan yang kita jalani mempengaruhi hidup kita. Ajukan
beberapa pertanyaan dibawah ini sebagai bentuk evaluasi diri
kita:
- Teman seperti apakah yang anda inginkan masuk dalam kehidupan anda (kualitas sahabat seperti apa yang anda inginkan)?
- Jika anda memiliki sahabat, pengaruh seperti apa yang anda rasakan?
- Sejauh apa anda memberikan kontribusi dalam kehidupan sahabat anda?
- Apakah peranan Allah dalam persahabatan anda?
- Apakah sahabat anda membuat anda semakin mengasihi Tuhan?
- Apakah anda siap melepaskan sahabat anda saat anda tahu bahwa anda telah salah menempatkan orang dalam hidup anda?
- Bagaimana hidup anda hari ini saat anda menjalani persahabatan dengan orang-orang pilihan anda, apakah anda mengalami kemajuan atau anda mengalami kemunduran?
- Bagaimana persahabatan anda dengan Allah sendiri?
Jika kita kembali mengarahkan
perhatian kita kepada tulisan Paulus bahwa “pergaulan
yang buruk merusak kebiasaan yang baik.” (2 Korintus 15:33) Maka itu
artinya Paulus menghendaki kita untuk mengevaluasi pergaulan kita, dengan siapa
kita bergaul dan kualitas orang seperti apakah yang kita jadikan sebagai
sahabat. Paulus tidak sekedar menulis
tapi ada kebenaran yang nyata bahwa ketika kita salah dalam memilih sahabat
maka pergaulan dengan orang yang salah akan mengantar kita kepada kerugian yang
sangat besar.Betapa pentingnya memilih orang yang dapat kita jadikan sebagai
sahabat dan hal ini tidak bisa kita anggap sepele. Tetapi mengapa ada banyak
orang salah dalam memilih sahabat? Mengapa ada banyak anak muda, yang awalnya
baik tiba-tiba dalam hitungan waktu yang pendek berubah menjadi pemakai
narkoba, terlibat dalam pola hidup free sex, menjadi pemberontak di rumah, dan
berbagai macam kisah lainnya? Seorang ibu bertanya sekaligus menjelaskan kepada
saya, “Anak saya semenjak bersahabat dengan si A, hidupnya berubah, dia sudah
tidak seperti anak saya yang dulu yang saya kenal. Dulu dia baik, pengertian, tidak suka berbuat macam-macam,
tapi hari ini dia berbeda,
kenapa dia berubah seperti itu? Apa yang harus saya lakukan?
Banyak orangtua yang kehilangan
anak mereka ketika anak-anak mereka memilih persahabatan yang salah. Apa yang menjadi penyebabnya
adalah karena mereka kehilangan ketajaman dalam memilih orang-orang yang akan dijadikan
sahabat bagi mereka. Lalu kualitas yang seperti apa yang harus ada dalam diri seseorang yang dapat
dijadikan sahabat? (elemen persahabatan)
1. Memiliki kualitas kesetiaan. Salomo dalam
tulisannya mengatakan bahwa “sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya”.
Bahkan lebih lanjut Salomo menegaskan bahwa
“Banyak orang menyebut diri baik
hati, tetapi orang yang setia siapakah menemukannya?” (Amsal 19:22 ; 20:6). Dalam persahabatan sangan dibutuhkan kualitas
kesetiaan. Kesetiaan disini adalah kesetiaan yang tidak berubah, tidak lekang waktu. Secara
khusus kesetiaan seorang sahabat teruji
melalui situasi yang buruk yang kita
alami, apakah sahabat kita tetap hadir
menopang, mensupport kita, menemani kita melewati situasi yang buruk atau tidak. Orang baik
jumlahnya banyak, namun tidak semua orang baik memiliki karakter
kesetiaan. Kualitas kesetiaan yang dimiliki seseorang merupakansesuatu yang
langka, jumlahnya sangat sedikit. Kesetiaan merupakan bentuk penerimaan
seseorang terhadap sahabatnya tanpa syarat
dan di dalamnya ada trust and love. Kesetiaan persahabatan tidak akan pernah
dirusak oleh kegagalan bahkan kejatuhan (bahkan kejatuhan secara moralpun)
sahabatnya. Sahabat sejati akan datang untuk mengulurkan tangannya untuk
mengangkat sahabatnya dari kejatuhan, bahkan hadir disaat sahabatnya ada dalam
keterpurukan sekalipun. Dia hadir bukan untuk membenarkan perilaku sahabatnya
tapi dia hadir untuk menopang sahbatnya untuk bangkit dari kegagalan. Dia
datang karena pribadi sahabat itu. Sahabat yang baik selalu hadir membawa
anugerah Tuhan dalam persahabatannya. Kesetiaannya tidak dapat dibeli dengan
uang, atau yang lainnya. Baginya kesetiaan adalah hidupnya. Jika anda adalah
seorang yang setia, berbahagialah orang yang menemukan kesetiaan anda dan yang
telah menjadikan anda sebagai sahabatnya. Jika anda memiliki seorang sahabat
yang setia, jangan pernah lepaskan atau mengkhianati sahabat anda dan justru
anda harus belajar menjadi setia pula.
2. Memiliki kemampuan menaruh kasih
disetiap waktu/musim kehidupan.
“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan
menjadi seorang saudara dalam kesukaran”. (Amsal 17:17). Setiap orang
memiliki musim dalam kehidupannya; ada kalanya kita harus memasuki musim kesendirian,
kegagalan, musim kedukaan, dan di musim-musim seperti inilah kita
membutuhkan tangan yang kuat untuk
menopang kita untuk tetap bisa berjalan. Tuhan terkadang menjawab doa kita dan memberikan
kekuatan melalui orang-orang yang ada di dekat kita. Sahabat adalah pribadi
yang siap menyatakan kasihnya di semua musim. Bahkan ketika kita gagal dia ada untuk menerima kita
dalam kegagalan dan mendorong kita untuk kembali bangkit. Seorang sahabat tetap menyatakan
kasih dan pengampunan serta maafnya ketika kita melakukan sebuah kesalahan
tanpa dia pergi meninggalkan kita karena kecewa
dengan kita. Menaruh kasih di setiap musim merupakan karakter khas yang
dapat dijumpai dalam sebuah persahabatan yang sehat. Kasih di setiap musim
selalu menyediakan pengampunan, mneyediakan ruang untuk menerima kegagalan
sahabat, ada telinga yang tersedia untuk mendengar setiap curahan hati bahkan
ada keberanian untuk menegur ketika sahabatnya berjalan dalam jalur yang salah.
Kasih di setiap musim kehidupan selalu menghadirkan kehangatan dalam
persahabatan dan hal ini akan semakin mempererat persahabatan tersebut.
3.
Memiliki kemampuan untuk berani
berkorban.
“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan
nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” (Yohanes 15:13). Yesus Kristus merupakan sahabat sekaligus teladan bagi kita dalam mengembangkan
persahabatan. Memberikan nyawa menunjukkan
sebuah ukuran tertinggi dari sebuah pengorbanan. Sebuah tindakan yang keluar
dari kepentingan diri sendiri dan masuk pada kepentingan sahabatnya.
Persahabtan yang tidak sehat adalah ketika persahabatan dijadikan sebagai
tempat pemuasan kepentingan diri sendiri dengan mengorbankan sahabatnya mengatasnamakan
persahabatan. Persahabatan selalu menarik anda ke atas dan bukan menurunkan anda.
Dalam persahabatan ada banyak hal yang akan dikorbankan, tapi pengorbanan
tersebut akan menjadikan nilai persahabatan semakin tinggi dan kualitas
persahabatan tersebut menjadi berbeda.
4. Memiliki kualitas kemurnian moral.
“Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan
firmanMU.” (Mazmur 119:9)
Persahabatan yang sehat selalu menempatkan firman Tuhan sebagai dasar pijakan
untuk menjaga masing-masing pribadi tinggal dalam kualitas kemurnian
moral. Dalam persahabatan yang sehat harus ada kegairahan untuk memiliki firman dan menghidupi firman
Tuhan. Hidupnya masing-masing pribadi selaras dengan firman Tuhan. Standar yang
dihidupi akan memandu dalam persahabatan. Namun bukankah ayat tersebut khusus untuk
anak muda? Ya benar, masa muda adalah waktu untuk sebanyak mungkin memperkuat
fondasi iman. Sehingga ketika umur bertambah fondasi itu akan tetap kokoh dan
bisa diwariskan kepada generasi
selanjutnya. Ketika firman Tuhan menjadi nilai atau standar dalam persahabtan,
maka setiap ada hal yang dilanggar atau ada perilaku yang tidak sesuai dengan firman Tuhan, maka sebagai seorang sahabat harus berani
untuk menegur dengan cara yang tepat dan dengan tujuan yang tepat.
5. Memiliki keterbukaan. “TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan
perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.”( Mazmur 25:14). Firman Tuhan mengajarkan satu prinsip dalam persahabatan bahwa
selalu ada keterbukaan dalam sebuah persahabatan. Rahasia selalu ada pada
seorang sahabat. Keterbukaan disini akan menjadi buruk atau baik tergantung
dari persahabatan itu sehat atau tidak. Dalam keterbukaan dengan sahabat atau
tidak ada rahasia yang tersebunyi bukan berarti
mengumbar rahasia pribadi sahabat kita kepada orang lain. Dalam
keterbukaan inilah sebuah persahabatan sedang mengembangkan kepercayaan dan
kejujuran. Dalam kerahasiaan bukan berarti seorang sahabat menutupi kesalahan atau
membiarkan sahabatnya ada dalam kesalahan. Namun, ketika seorang sahabat “curhat”
dan apa yang disampaikannya harus disikapi dengan bijaksana. Jika yang
disampaikan adalah sebuah pelanggaran, maka sebagai seorang sahabat, dia harus
menegur dan mengarahkan kembali sahabatnya pada jalur kebenaran dengan tetap
menjaga sahabatnya dari kejatuhan.
Beberapa model persahabatan
yang tidak sehat:
1. Persahabatan
yang menekankan keuntungan pribadi. Orientasi persahabatan yang
dibangun adalah untuk memuaskan kepentingan dirinya sendiri. Modus
“memanfaatkan” sahabat merupakan ritual setiap harinya. Persahabatan dengan
model ‘lintah” seperti ini tidak akan
bertahan lama.
2. Persahabatan yang menjadi tempat “ketergantungan”
yang tidak sehat. Ada orang yang bersahabat karena dia merasa tidak mampu
menjalani kehidupan. Ketika dia menemukan seorang teman yang bisa menanggung,
memahami kondisinya maka dia akan menggunakan trik manipulasi untuk mendapatkan
tempat bergantung. Tempat bergantung merupakan solusi bagi dia untuk lari
menghindari dari membereskan apa yang menjadi kelemahan hidupnya. Contoh: orang
yang mengalami krisis kasih dalam hidupnya, jika dia tidak membereskan dengan
tuntas persoalan hidupnya, dia akan cenderung bergantung dalam persahabatan. Bersahabat
dengan orang yang malas dan tidak mau bekerja, maka persahabatan akan menjadi
tempat yang nyaman bagi pemalas tersebut untuk bergantung hidup “menunggu
suplay kebutuhan” dari sahabatnya.Dan masih banyak contoh-contoh lain tentang
ketergantungan yang tidak sehat melalui persahabatan. Ketergantungan ini akan
menyebabkan nantinya menjadi sebuah kecanduan. Dan ketika persahabatan tersebut
akan diakhiri, biasanya dia akan menggunakan trik manipulasi atau ancaman
dengan tujuan supaya dia tidak kehilangan persahabatan tersebut. Karena
kehilangan persahabatan, itu berarti dia kehilangan tempat untuk bergantung.
3. Persahabatan yang memperkuat kelemahan. Setiap
orang memiliki kelemahan yang harus dibereskan. Persahabatan merupakan tempat
dimana kita bisa membangun hubungan dan lewat relasi dengan sahabat kita, kita
bisa mulai membereskan kelemahan kita secara bertahap. Sahabat dapat menjadi
penjaga bagi kita, sekaligus peniup peluit bagi kita untuk memberikan arah,
teguran dan nasehat. Namun tidak semua persahabatan menghasilkan hal-hal yang
baik. Terkadang persahabatan justru semakin memperkuat kelemahan seseorang. Ini
menjadi “warning” bagi kita bahwa ketika persahabatan tidak berjalan dengan
baik seperti yang diharapkan dan justru mengarah kepada jalan yang salah, kita
semakin kuat dalam karakter yang salah, kelemahan semakin menguat maka tidak
ada jalan lain kecuali kita harus mengakhiri persahabatan tersebut. Kelemahan
harus diurus dan dibereskan bukan untuk dihindari. Dalam persahabatan kelemahan
bisa diurus bersama karena kekuatan bertambah.
Jika anda sedang membangun
persahabatan, mungkin anda perlu untuk melakukan beberapa hal ini:
1. Mulailah
dengan visi persahabatan anda. Apa yang ingin anda capai bersama melalui
persahabatan tersebut harus dibicarakan di awal sebelum memulai untuk berjalan
bersama.
2. Kembangkan
kualitas persahabatan atau elemen persahabatan (seperti uraian di atas)
sehingga persahabatan tersebut berdampak dan memiliki nilai yang kokoh.
3. Sepakati bersama standar apa yang akan
anda pakai dalam membangun persahabatan. (seharusnya
standar Firman Tuhan dan bukan standar sistem dunia)
4. Namun
jika anda sudah membangun persahabatan, ambillah waktu untuk mengevaluasi ulang
persahabatan anda. Jika anda menemukan kejanggalan atau kesalahan-kesalahan
kecil yang belum diurus/diperbaiki, ambillah waktu untuk berbicara dengan
sahabat anda. Karena kesalahan kecil yang tidak diurus akan berkembang menjadi
kesalahan besar yang akan merusak persahabatan anda.
5. Dalam
buku The Christian Therapist’s Notebook
2, Philip J. Henry dkk, menjelaskan bahwa persahabatan bisa menjadi jangkar,
pelampung atau jerat. Kita perlu memikirkan ulang, teman-teman/sahabat kita ada
di kelompok mana?
- JANGKAR = Seseorang yang menyediakan stabilitas namun mungkin akan menghalangimu melakukan apa yang ingin atau apa yang seharusnya kamu lakukan.
- PELAMPUNG = Seseorang yang ada saat kamu membutuhkannya. Sumber pertolongan pada masa kesusahan. Seseorang yang menarikmu untuk melakukan hal-hal yang positif.
- JERAT = Seseorang yang mungkin menyenangkan untuk bergaul tetapi yang bisa menyeretmu ke dalam berbagai masalah.
Tugas anda adalah memikirkan kembali teman-teman anda dan
memasukkan nama teman-teman anda sesuai kelompok JANGKAR atau PELAMPUNG
atau JERAT. Perhatikan apakah ada
pola tertentu yang muncul dalam persahabatan anda. Selamat menjalani hidup ini
bersama sahabat anda. Nikmati hari-hari anda bersama sahabat.
Tulisan
ini didedikasikan untuk sahabatku Keluarga Sibourg di Bandung
Referensi :
Philip J.
Henry dkk, The Christian Therapist’s
Notebook 2, PELIKAN Publishing,2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar