Senin, 10 Februari 2014

MEMBANGUN PERNIKAHAN YANG HARMONIS



MEMBANGUN PERNIKAHAN YANG HARMONIS

“Pernikahan kita adalah tempat Tuhan menguji kita,  
agar kita dibawa semakin dekat kepada-Nya.     
Pernikahan kita adalah tempat pelatihan dasar 
untuk sebuah pernikahan kekal yang tidak pernah mengecewakan.”     
  - Dan Allender dan Trempet Longman III -


Di tengah trend perselingkuhan dan perceraian, pernikahan yang harmonis menjadi suatu ikatan perjanjian yang mahal.  Di dalam pernikahan yang harmonis  ada perjumpaan antara kasih dan kesetiaan  suami dengan isteri. Ada penghormatan dan penghargaan terhadap pernikahan yang merupakan gagasan dan karya Tuhan. Pernikahan yang harmonis hanya bisa terwujud ketika suami dan isteri memahami apa yang menjadi tujuan Allah melalui pernikahan.

Relasi yang rusak antara suami-isteri mengakibatkan kekuatan dari ikatan perjanjian terabaikan dan dengan mudahnya kata “cerai” terucap, tindakan kebencian termanifestasikan dalam hubungan mereka. Impian memiliki keluarga yang sehat dan harmonis di awal pernikahan menjadi sebuah impian kosong. Pada akhirnya pasangan akan saling menyalahkan  ketika harapan masing-masing pribadi tidak terealisasi. Bersyukur, bahwa dalam hal ini, tidak sedikit pasangan suami istri yang merindukan kembali impian yang hilang ini dengan semangat pemulihan dan pembaharuan, meski berat namun harapan bersama yang dipegang pasangan suami-istri menjadi pendorong serta  kekuatan untuk membuat langkah baru. 

Betapa pentingnya membangun dan merawat pernikahan yang harmonis, karena atmosfir keharmonisan akan dirasakan tidak saja oleh suami atau isteri tapi juga dirasakan oleh anak-anak dan akan berdampak kuat bagi komunitas atau lingkungan dimana keluarga ini berada. Suami yang bekerja, maka dunia kerjanya akan dipengaruhi oleh kondisi pernikahannya, demikian pula dengan isteri, entah sebagai wanita karir maupun ibu rumah tangga akan merasakan  ketenangan dan kedamaian di dalam rumah yang diakibatkan dari keharmonisan relasi pernikahannya dengan suaminya. Tidak dapat dipungkiri bahwa tumbuh-kembang anak-anak pun akan dipengaruhi oleh kondisi keharmonisan pernikahan orangtua mereka. Rumah akan menjadi tempat yang paling menyenangkan dan paling dirindukan oleh seisi rumah.


Sebenarnya bagaimanakah membangun pernikahan yang harmonis? Mungkin kita sudah banyak menerima masukan melalui buku-buku yang kita baca maupun melalui para penasehat perkawinan atau melalui sumber-sumber yang bisa kita percayai maupun melalui khotbah dan seminar keluarga.  Saya hanya mencoba menawarkan beberapa tips bagaimana membangun pernikahan yang harmonis:


  • Menghadirkan Tuhan dalam pernikahan anda.

Mungkin kita sering mendengar tips ini dari mimbar gereja ataupun dari sumber yang lain, dan memang itulah kebenaran yang mendasar bagi sebuah pernikahan yang harmonis. Mengapa? Karena kita harus kembali kepada Sang Pemilik ide pertama dari pernikahan yakni Tuhan. Betapa pentingnya pasutri kembali kepada design awal pernikahan yang Tuhan kehendaki bahwa pernikahan bukanlah  sebuah ide manusia atau  sekedar sebuah unit kecil dari suatu masyarakat yang disahkan oleh undang-undang pernikahan. Pasangan suam-istri harus memiliki visi atas pernikahannya dan memahami apa yang menjadi tujuan Tuhan melalui pernikahan. Pasangan suami-istri harus melihat pernikahan lebih dari sekedar sebuah janji kudus dihadapan pendeta dan jemaat gereja. Tuhan memiliki rencana besar melalui pernikahan dan pasangan suami istri harus menghadirkan Tuhan dalam pernikahan mereka, jika mereka ingin menjadi rekan sekerja Tuhan melalui lembaga pernikahan. Artinya hadirkan Tuhan dalam pernikahan dan  anda akan menemukan tujuan dari  rencana Allah melalui pernikahan anda. Kehadiran Tuhan akan menjadi dasar utama dari sebuah pernikahan yang harmonis.

Kehadiran Tuhan dalam pernikahan akan membuat perbedaan dalam sebuah pernikahan. Kehadiran Tuhan dalam sebuah pernikahan akan memberikan dorongan kepada pasangan suami-istri untuk mengasihi pasangannya di semua kondisi dan keadaan. Mereka akan melihat arah yang jelas kemana pernikahan mereka akan bergerak karena ada tuntunan Tuhan atas pernikahan mereka. Selain itu mereka akan dimampukann dalam  memainkan perannya dan tanggung jawabnya masing-masing, baik sebagai suami maupun sebagai istri. Dan juga tersedia hikmat dan kebijaksanaan Tuhan  untuk mereka selaku orangtua dalam mendidik anak-anak. Yang menjadi  persoalan adalah apakah suami istri memiliki kesadaran diri akan kehadiran Tuhan dalam pernikahan mereka? Apakah  pasangan suami-istri telah mengundang kehadiran Tuhan dan menempatkan Tuhan sebagai otoritas tertinggi dalam pernikahan mereka. Kekerasan rumah tangga terjadi disebabkan karena Suami atau istri sebagai pelaku kekerasan tidak melihat dan tidak menempatkan Otoritas Tuhan sebagai  otoritas tertinggi dalam pernikahan mereka.



  •  Jangan tergoda untuk membenci pasangan anda ketika kelemahan-kelemahannya  terungkap.

Setiap orang yang menikah pasti akan melewati titik dipertajam, digosok, mengalami benturan melalui konflik atau perbedaan pendapat dalam pernikahan. Dan mereka akan melihat semua kelemahan pasangan yang mungkin waktu pacaran tidak terlihat sama sekali atau ditutupi. Terungkapnya kelemahan, apalagi bila dibumbui konflik yang keras, dapat memicu kebencian muncul dalam hati. Untuk itu suami-istri perlu melihat kelemahan pasangan dengan cara pandang yang benar, jika tidak hal ini akan menjadi perpecahan dan bisa berakhir pada perceraian. 

Kelemahan dari pasangan merupakan sarana untuk saling menolong dan menopang. Kelemahan pasangan, merupakan tempat dimana kasih tanpa syarat bekerja dengan leluasa, tanpa hambatan. Kelemahan pasangan merupakan tempat persemaian dimana kita harus menabur benih-benih kebaikan pada pasangan kita ; tidak ada penghakiman, tidak ada intimidasi, tidak berlaku kebiasaan mengungkit kesalahan masa lalu yang sudah dibereskan, tidak  ada keluhan maupun omelan kepada pasangan, dll. Pasangan suami-istri perlu menyadari bahwa tidak ada orang yang sempurna di bumi ini, tapi ini bukan menjadi sebuah alasan untuk membenarkan diri namun sebagai evaluasi diri sendiri bahwa siapapun manusia pastilah memiliki kelemahan atau kekurangan. Kelemahan pasangan juga  menjadi ruang dimana pasangan melengkapi dan menyempurnakan.  

Seringkali yang terjadi ketika kelemahan terungkap, kita  cenderung menjadi kecewa, marah, bahkan menjadi pahit hati dan ini merupakan reaksi yang banyak dipilih  oleh pasangan suami-istri. Sikap kita yang tepat adalah memandang  bahwa terungkapnya kelemahan pasangan kita akan menjadi sarana dimana  kita  diproses untuk bertumbuh dewasa secara karakter,  dilatih untuk melahirkan respon atau reaksi yang positif sebagai tanda kematangan diri. Harus diakui , terkadang ada godaan untuk memilih menyerah ketika berhadapan dengan kelemahan pasangan. Apalagi ketika harapan-harapan kita diawal pernikahan sangat tinggi terhadap pasangan kita. Sehingga kita terjebak pada perangkap ketidakpuasan terhadap pasangan kita. Justru ketika kelemahan pasangan terungkap, kita dapat menolong pasangan kita mengatasi kelemahannya, sehingga kelemahan bukan lagi menjadi dosa dan sandungan tapi semakin mempererat relasi pasutri. 

Pasangan suami-istri bisa saling menolong untuk mendewasakan serta mengatasi  kelemahan pasangannya. Hal yang sangat menolong pasutri ketika melihat kelemahan pasangan adalah dengan tetap berfokus pada kelebihan pasangannya dan pada kasih karunia Allah. Kelemahan pasangan adalah sebuah ujian untuk tetap mengagumi dan menghormati pasangan.


  • Menerapkan aturan main firman Tuhan yakni Efesus 5:22-33 dalam pernikahan:  “Suami yang mengasihi istri dengan sepenuh hati dan Istri yang menundukkan diri pada suami dengan penuh kerelaan hati.”

Paulus menegaskan kepada kita bahwa dasar dari relasi suami istri di dasarkan pada kasih Kristus. Suami diwajibkan mengasihi istrinya sama seperti. Tuhan mengasihi jemaat-Nya. Ukuran kasih suami adalah pengorbanan kepada istrinya seperti Kristus mengorbankan nyawaNya di kayu salib. Tidak ada yang namanya kasih tanpa pengorbanan. Demikian pula dengan istri harus mengimbangi kasih suami dengan sikap penundukan diri yang datang dari kerelaan hati. Saya menyukai definisi penundukan diri seorang istri yang ditulis oleh John Piper, beliau memberikan pengertian penundukan diri dari efesus 5 bahwa penundukan diri adalah panggilan Tuhan kepada istri untuk menghormati dan meneguhkan, dan menolong suaminya menjalankan kepemimpinan suaminya sesuai dengan karunia yang dimilikinya.[1]


  • Memperkuat relasi dan keintiman suami isteri.

Beberapa pasangan menyukai kedangkalan dalam relasi dan bukan kedalaman relasi, sehingga acapkali pasangan menjadi terkaget-kaget begitu melihat hal-hal baru dari perilaku pasangannya, yang disebabkan relasinya dengan pasangannya tidak dalam. Bagi pasangan yang membawa luka yang belum sembuh dari masa lalunya, cenderung akan menyukai kedangkalan dalam relasi karena ada perasaan takut untuk dilukai jika terlalu dalam relasinya. Ada istri yang begitu mengasihi dan menghormati suaminya namun menjaga jarak dalam relasi karena takut terjadi konflik yang keras dan itu melukai hatinya. Semakin relasi kita kuat dengan pasangan maka hal itu akan membawa kita semakin mengenal pasangan dan memahami akan setiap tindakannya. Relasi yang dalam akan mengantar kita pada keintiman.  Disinilah peran komunikasi memainkan fungsi sangat penting. Pasangan suami istri harus mengembangkan skill mendengar sekaligus empati.
Dalam komunikasi yang berjalan dengan baik bukan hanya sampai pada ‘penyampaian informasi’ tapi sampai pada tingkat  ‘memahami kebutuhan’ pasangan. Dalam sebuah relasi yang dalam pasangan suami istri tidak takut untuk mengungkapkan perasaannya karena mereka tahu pasangannya akan memberi rasa aman pada dirinya. Keterbukaan demi keterbukaan akan dialami dalam proses membangun relasi yang dalam. Keuntungan lain yang bisa diperoleh adalah kepercayaan pasangan akan terbangun dalam pernikahan. Hari-hari yang dilewati akan menjadi hari-hari yang membawa mereka kepada pengenalan yang lebih dalam satu sama lain, ada kepercayaan, ada kebutuhan yang saling terpenuhi.



  • Menikmati hubungan seksual  dengan sukacita.

Dalam kitab Amsal 15:18-19 Salomo menegaskan bahwa seorang suami harus bersukacita dengan pengalaman hubungan seksual dengan istrinya karena hal itu memberikan kenikmatan kepada suami istri. Menurut tim Lahaye persetubuhan memberikan makna yang dalam bagi seorang istri. Bagi seorang istri, hubungan seksual yang dialaminya merupakan salah satu bentuk ungakapan kasih sayang dan kemesraan kepada suaminya dan seorang istri akan selalu mengingat pengalaman hubungan seksual ini sebagai pengalaman hidup yang paling indah. Selain itu hubungan seksual  memberikan kepastian kepadanya bahwa suaminya mengasihinya. Sedangkan bagi suami selain memuaskan dorongan seksnya, juga membuat suami lebih mengasihi istrinya dan mengurangi perpecahan dalam rumah tangga dan ada beberapa keuntungan yang lain lagi.[2]
 
Seperti kata Salomo, suami harus menikmati hubungan seksual dengan “istri dari masa mudamu” itu artinya tidak ada pihak ketiga yang  diijinkan merusak relasi pernikahan dan Allah melarang hal tersebut.  Mengapa harus bersukacita? Karena relasi suami istri yang dalam dan penuh dengan keintiman akan memberikan pengalaman hidup yang paling menyenangkan dan disinilah keharmonisan akan terbangun.

                Ada banyak cara untuk membangun keharmonisan dalam pernikahan dan tentunya keharmonisan hanya bisa terjadi jika suami dan isteri mengupayakan bersama-sama keharmonisan tersebut dalam sebuah pengharapan dan visi yang sama pula. Selalu ada proses untuk mencapai keharmonisan pernikahan dan tidak ada jalan pintas. Untuk itulah betapa penting kesepakatan suami dan istri tetap terjaga dan tetap tinggal dalam anugerah Tuhan Yesus Kristus.

“Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; Jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal yang berjaga-jaga.” 
– Mazmur 127:1

Ada beberapa Indikator dari Pernikahan yang harmonis, dan dari indikator ini suami istri bisa mengevaluasi pernikahannya dan terus bersemangat merawat dan menjaga pernikahannya:

  1. Peran dan fungsi  pasutri maupun anak-anak berjalan dengan baik dan saling mendukung. Anggota keluarga menjadi team support bagi anggota keluarga lainnya.
  2. Ada kehangatan dalam keluarga, saling menghargai dan menghormati anggota keluarga lainnya. Ada suasana penerimaan yang dirasakan di dalam rumah.
  3. Dalam pernikahan yang harmonis tetap akan terjadi konflik antara suami dan isteri, namun yang membedakan adalah semua konflik dapat terselesaikan dengan baik, yang disebabkan karena adanya sistem komunikasi yang bagus, penghormatan dan penghargaan serta adanya kemampuan mengelola konflik yang baik. 
  4. Adanya hubungan seksual yang dinikmati bersama suami istri. Hubungan seks yang dilakukan bukan karena keterpaksaan namun datang dari hubungan kasih mereka. Dalam pernikahan yang sehat, seks tidak menjadi alat untuk menghukum pasangan. Hubungan seks merupakan sebuah perayaan yang harus dinikmati oleh pasangan suami istri.
  5. Anggota keluarga mengalami pertumbuhan secara spiritual, bisa ke gereja bersama-sama , ada family altar, terlibat dalam pelayanan gereja. Kasih mereka kepada seisi anggota keluarga adalah kasih mereka kepada Tuhan dan kasih mereka juga terpancar dalam komunitas gereja. Seisi anggota keluarga akan menghormati dan mengasihi tubuh Kristus.

Mengakhiri tulisan ini, saya mengutip kembali Amsal 5:18 “Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah  dengan istri masa mudamu.” Bagi para suami, ada sebuah perintah untuk bersukacita  dengan istri dari masa muda. Artinya, Tuhan menghendaki setiap suami menikmati pernikahannya bersama istrinya tanpa ada pihak ketiga yang merusak. Kualitas pernikahan yang sehat adalah ketika suami istri dapat menikmati relasi mereka sebagai sebuah pasangan. Dan pernikahan yang  harmonis akan membentengi suami isteri dari godaan perselingkuhan maupun perceraian. Dimana ada pernikahan yang harmonis, maka akan ada keluarga yang sehat dan harmonis, dan  juga akan menghadirkan masyarakat yang sehat dan harmonis pula. 

Pustaka:
[1] Piper, John. This Momentary Marriage. (Jakarta: Pionir Jaya, 2012)
2 Lahaye Tim.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar