Pernikahan
merupakan ide dan inisiatif Tuhan, dengan kata lain bahwa Tuhan memiliki
rencana yang besar atas setiap pernikahan. Ketika kita menyadari bahwa
pernikahan merupakan ide dan inisatif Allah maka tidak pantas untuk kita
mempermainkan sebuah pernikahan. Mengutip tulisan Charles R. Swindoll bahwa "dalam
pernikahanlah pria dan wanita meninggalkan keluarga mereka masing-masing dan
membangun keluarga baru, mereka saling mengabdikan diri bagi pasangan mereka
dimana “kelanggengan” menjadi batas waktu mereka dan hanya kematian yang
memisahkan mereka. Mereka menjadi satu dalam tujuan dan arah serta dukungan
bersama (tidak ada tindakan saling menyerang/menyalahkan satu sama lain melainkan
dukungan untuk mencapai visi dari pernikahan mereka). Dan mereka menikmati
pengetahuan yang eksklusif dan istimewa tentang satu sama lain, dimana mereka
menikmati keintiman dalam sebuah relasi suami istri". [1]
Kita
bisa melihat bahwa pernikahan adalah sebuah keunikan dan di dalamnya Tuhan
ingin mencurahkan berkat-berkatNya, manifestasi kerajaan-Nya dan kehadiran-Nya
secara pribadi dalam sebuah pernikahan. Kita perlu menyadari bahwa tujuan dari
pernikahan salah satunya adalah untuk menguduskan pasangan kita dan diri kita
sendiri. Mazmur 128 menulis bagaimana berkat Tuhan akan mengalir dalam sebuah
keluarga dimulai dari suami yang takut akan Tuhan (pria yang mau berkomitmen
untuk hidup kudus). Demikian pula para
istri harus hidup saleh, tunduk pada suami, hidup dalam kekudusan supaya suami
dimenangkan/dikuduskan pula. (I Petrus 3:1-6). Kita bisa juga melihat bahwa
hubungan seks yang dirancang Tuhan bukan sekedar sarana beranak cucu, tapi juga
sebagai senjata untuk melawan peselingkuhan dan hawa nafsu (I Korintus 7:1-5)
sehingga kekudusan dalam rumah tangga dapat menjadi sebuah hakekat dari
pernikahan.
"Sampai Maut Memisahkan Kita" |
Dari sini kita bisa mengerti bahwa Rancangan Allah
atas pernikahan sangatlah indah, bukan sekedar kita mengalami berkat dari
pernikahan itu sendiri namun kita dipercayakan untuk memperkenalkan nama Tuhan
melalui pernikahan kita dan kita bisa memuridkan keluarga-keluarga lain. Dan
iblis tahu bahwa dampak dari sebuah pernikahan yang kudus sangat besar, maka
serangan dari si jahat sangat frontal, khususnya hari-hari ini. Melalui apa
iblis menyerang pernikahan? Iblis merusak pernikahan melalui KETIDAK-KUDUSAN.
Bentuk-bentuk ketidak-kudusan tersebut ada dalam berbagai macam bentuk dan kita
harus waspadai bentuk serangan iblis tersebut. Ada 3 bentuk serangan frontal
yang iblis kirim kepada pernikahan/rumah tangga, dan ini hanyalah sebagian dari
strategi si jahat. Lebih banyak iblis hanya sebagai pencetus sedangkan untuk
eksekusi di lapangan adalah manusia itu sendiri. Untuk itu kita perlu mewaspadai
dosa yang sedang mengintip rumah tangga kita!
- WASPADAI GODAAN PERSELINGKUHAN!
Perselingkuhan
bisa terjadi kapan pun dan dimana pun asalkan ada celah yang terbuka dalam
kehidupan pasangan suami istri untuk dosa perselingkuhan masuk. Namun, ada satu
tempat yang harus kita waspadai dimana tempat ini bisa menjadi tempat yang subur
bertumbuhnya perselingkuhan yakni di dunia kerja. Hal yang harus dipastikan
bagi suami atau istri yang bekerja adalah “Hindari jatuh cinta dengan teman
sekerja”. Tempat kerja merupakan tempat
dimana seseorang bisa bersosialisasi dan mengenal banyak orang bahkan bsia terikat dengan seseorang.
Menurut, Dr. Tina Tessina, psikolog dan penulis buku the Unofficial Guide to
Dating Again, seperti dilansir theGrindstone.com, mengatakan bahwa bekerja
berdampingan dengan seseorang setiap hari, melihat dia tertekan oleh pekerjaan,
bersimpati atas masalah dan memberi selamat atas keberhasilannya memberi
gambaran tentang si dia sepenuhnya. Akhirnya cinta dapat tumbuh tanpa salah
satu pihak benar-benar menyadarinya.[2]
Dalam
dunia kerja sering terjadi pola kebiasaan berbagi informasi pribadi dengan
rekan kerja, sering berbicara panjang lebar, makan siang bersama. Awalnya
mungkin tidak ada hubungan apapun namun,
seringkali karena terbiasa bertemu, muncul kekaguman karena cantik atau tampan,
pribadinya yang luwes, tegas dalam menghadapi masalah dan sikapnya yang selalu
siap untuk mendengarkan keluh kesah sehingga hal-hal ini memunculkan sebuah
“rasa”. Perlunya kita membangun kesadaran diri bahwa kita tidak perlu memiliki
orang lain karena hal itu akan membahayakan pernikahan kita. Selain itu kita
harus bekerja secara profesional karena kita membutuhkan pekerjaan tersebut.
Menyadari bahwa konsekuensi dari hancurnya pernikahan selalu yang menjadi
korban adalah seluruh orang-orang yang ada dalam keluarga secara khusus pasangan
dan anak-anak buah dari pernikahan. Maka kita perlu mengembangkan sikap yang
profesional dalam bekerja dan kesadaran diri.
Mungkin
tidak dengan teman satu kerja, bisa dengan orang yang baru dikenal melalui
media electronic. Bersikaplah bijaksana dan berhikmat dengan akun face book
maupun twitter anda, mungkin telpon salah sambung atau cinta lama yang bersemi
kembali saat bertemu dengan mantan pacar waktu di jaman sekolah dulu. Secara
khusus saat sendirian, merasa sepi dan kita curhat dengan orang lain dan merasa
nyambung saat diajak bicara/senasib/dia bisa memahami perasaan kita serta bisa
menjadi pendengar yang baik.
- WASPADAI PORNOGRAFI!
Sekarang
ini dijaman Iptek yang maju dengan pesat, sangat sedikit orang yang menderita
penyakit TBC alias Tidak Bisa Computer. Computer sudah ada dimana-mana bahkan
dalam kemasan yang cantik dan praktis. Handphone smart penuh dengan fitur-fitur
yang memudahkan orang berkomunikasi dan mengetahui semua informasi. Kemajuan
tehnologi membuat seseorang mudah mengakses apapun melalui internet termasuk
pornografi. Menjadi sebuah tantangan
adalah ketika pornografi masuk ke dalam relasi suami istri, maka dapat dipastikan
akan merusak kekudusan pernikahan. Beberapa orang terhubung dengan internet
namun tidak dalam kaitannya dengan pekerjaan, justru terperangkap dan bergumul
dengan persoalan internet yang kompulsif dimana mereka menjadi kecanduan dengan
pornografi. Ada banyak janji kebohongan yang diberikan oleh pornografi dimana
pornografi menjanjikan seks yang lebih banyak, seks yang lebih baik, seks tanpa akhir, orgasme yang lebih hebat,
pengalaman-pengalaman baru, dll. Namun, semakin dalam seseorang terlibat,
semakin terikat dan menjadi sulit keluar dari jebakan pornografi tersebut.
Ada banyak alasan bagi seorang
pria terlibat pornografi baik melalui majalah, blue film, phone sex, atau
bentuk lainnya. Mereka berkata “pornografi hanya dipakai sebagai referensi saja
atau untuk menambah gaya/model dalam melakukan hubungan seks”, “saya menonton
blue film untuk menambah gairah saya”, “istri saya sulit dipahami, bahkan
sering menolak melakukan hubungan seks, lebih baik saya menonton gambar porno
dan melakukan solo seks dan itu praktis”.
William
M. Struthers dalam bukunya Wired for Inntimacy (Dirancang untuk Keintiman)
mengatakan bahwa “Pornografi mencabut seksualitas manusia dari konteks alaminya
yaitu keintiman antara dua insan manusia dan menjadikannya sebuah produk untuk
dijual dan dibeli. Dengan merendahkan nilai tubuh manusia dan memperlakukannya
sama seperti ketika kita berbelanja di swalayan, pornografi mempromosikan
seksualitas seorang manusia sebagai produk untuk dikonsumsi. Produknya, yaitu
seksualitas orang lain, dipandang melalui kebutuhan-kebutuhan kita yang sepihak
dan egois”.[3]
Kita
bisa melihat bagaimana dosa pornografi merusak relasi suami istri, meskipun
dengan alasan mereka menonoton blue film bersama-sama sehingga mendapatkan
keuntungan bersama. Namun, keintiman dalam seks dengan istrinya akan diukur
dengan wanita yang ada di layar. Pengalaman keintiman seksual sebenarnya hanya
diperuntukkan bagi suami istri dalam sebuah hubungan yang sehat dan matang
dalam ikatan pernikahan yang kudus. Pria yang terlibat pornografi hanya
menempatkan istrinya sebagai pelampiasan dari keinginan seksnya dibandingkan
pada tujuan utama dari keintiman seksual itu sendiri.
- WASPADAI KEMARAHAN YANG TERSIMPAN TERHADAP PASANGAN!
Dalam
perjalanan sebuah pernikahan, akan selalu dijumpai konflik atau
pertengkaran-pertengkaran. Banyak orang mengatakan hal itu sebagai bumbu dalam
pernikahan, Namun, jika tidak disikapi dengan baik justru bukan menjadi bumbu
pemanis pernikahan, melainkan menjadi senjata perusak pernikahan. Pertengkaran
yang tidak disikapi dengan baik selalu meninggalkan kemarahan yang tidak
terselesaikan bahkan terpendam. Akumulasi dari semua kemarahan suatu saat akan
meledak dan daya ledaknya bisa membuat kerusakan yang parah dalam rumah tangga.
Dalam pernikahan, harus diwaspadai untuk tidak meyimpan kemarahan berhari-hari.
Paulus dalam tulisannya di Efesus 4:26-27 “Apabila
kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari tebenam,
sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada iblis”.
Alkitab
tidak melarang kita marah tapi tantangannya adalah jangan sampai kemarahan kita
menghasilkan dosa. Kemarahan yang tersimpan berhari-hari bahkan
berminggu-minggu membuat dosa semakin bekerja lebih efektif sehingga pasangan
suami istri semakin kecewa dan semakin kepahitan satu sama lain. Ada istri yang
mampu mendiamkan suaminya berhari-hari atau juga kebalikannya suami mendiamkan
istri dan menolak untuk berkomunikasi dan anehnya mereka menganggap hal ini
merupakan hal yang biasa, bukan sesuatu yang berbahaya. Suami isti harus
menyadari bahwa sikap “mendiamkan” pasangan justru semakin “memiskinkan
komunikasi” dan hal itu akan semakin membuat suami isti akan “mind reading”,
berasumsi pada pasangan sehingga akan lebih memunculkan pikiran-pikiran negatif
dari pada pikiran yang positif dan akhirnya terjadi kesalah-pahaman
terus-menerus. Suatu hubungan yang awalnya manis, kemudian berakhir menjadi
pahit. Kita bisa melihat bagaimana kemarahan, kekecewaan, kepahitan yang tidak dikelola dan dibereskan dengan baik
mengantar pasangan suami istri pada perceraian (mungkin tidak perceraian secara
hukum tapi bisa juga perceraian secara emosi).
Beberapa tips untuk menjalani pernikahan
dengan baik sehingga kekudusan tetap menjadi keutamaan dalam rumah tangga:
- Suami istri harus mengembangkan keintiman relasi suami istri, baik keintiman fisik, sosial, emosi, spiritual
- Suami-istri harus peka terhadap dosa dan segera membereskan/tidak memberi celah bagi dosa untuk merusak perkawinan. Selalu menyediakan stok pengampunan dalam perkawinan.
- Suami istri harus sepakat untuk bersama-sama merawat perkawinannya dengan mengembangkan komunikasi yang kuat, mengembangkan kualitas kasih tanpa syarat, dan mempertajam visi pernikahan.
- Suami istri bertanggung jawab dalam menjalankan perannya masing-masing dan kompak dalam mendidik anak bersama-sama.
- Suami istri menutup rapat-rapat dan tidak memberi celah sedikit pun terhadap “siasat si jahat” yang berusaha menaburkan ketidak-kudusan. Menjadi bijak dalam bergaul dengan teman-teman secara khusus teman lawan jenis (cara bergaul orang yang sudah menikah harus berbeda dengan kondisi waktu masih belum menikah). Siasati dengan bijak dalam pemakaian internet sehingga tidak terperangkap dalam dosa pornografi.
[1]
Swindoll, Charles R. Pernikahan Sebuah Surga Dunia. Jakarta: Metanoia, 2010, h.
45
[2]
Parents Guide, oktober 2012, h. 32
[3]
Struthers, William M. Wired For Intimacy (Dirancang untuk Keintiman), Surabaya:
Perkantas, 2012. H. 16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar