Selasa, 07 Mei 2013

Kekudusan Dalam Rumah Tangga


                                                              
Pernikahan merupakan ide dan inisiatif Tuhan, dengan kata lain bahwa Tuhan memiliki rencana yang besar atas setiap pernikahan. Ketika kita menyadari bahwa pernikahan merupakan ide dan inisatif Allah maka tidak pantas untuk kita mempermainkan sebuah pernikahan. Mengutip tulisan Charles R. Swindoll bahwa "dalam pernikahanlah pria dan wanita meninggalkan keluarga mereka masing-masing dan membangun keluarga baru, mereka saling mengabdikan diri bagi pasangan mereka dimana “kelanggengan” menjadi batas waktu mereka dan hanya kematian yang memisahkan mereka. Mereka menjadi satu dalam tujuan dan arah serta dukungan bersama (tidak ada tindakan saling menyerang/menyalahkan satu sama lain melainkan dukungan untuk mencapai visi dari pernikahan mereka). Dan mereka menikmati pengetahuan yang eksklusif dan istimewa tentang satu sama lain, dimana mereka menikmati keintiman dalam sebuah relasi suami istri". [1]
 
Kita bisa melihat bahwa pernikahan adalah sebuah keunikan dan di dalamnya Tuhan ingin mencurahkan berkat-berkatNya, manifestasi kerajaan-Nya dan kehadiran-Nya secara pribadi dalam sebuah pernikahan. Kita perlu menyadari bahwa tujuan dari pernikahan salah satunya adalah untuk menguduskan pasangan kita dan diri kita sendiri. Mazmur 128 menulis bagaimana berkat Tuhan akan mengalir dalam sebuah keluarga dimulai dari suami yang takut akan Tuhan (pria yang mau berkomitmen untuk hidup kudus).  Demikian pula para istri harus hidup saleh, tunduk pada suami, hidup dalam kekudusan supaya suami dimenangkan/dikuduskan pula. (I Petrus 3:1-6). Kita bisa juga melihat bahwa hubungan seks yang dirancang Tuhan bukan sekedar sarana beranak cucu, tapi juga sebagai senjata untuk melawan peselingkuhan dan hawa nafsu (I Korintus 7:1-5) sehingga kekudusan dalam rumah tangga dapat menjadi sebuah hakekat dari pernikahan. 
"Sampai Maut Memisahkan Kita"
                Dari sini kita bisa mengerti bahwa Rancangan Allah atas pernikahan sangatlah indah, bukan sekedar kita mengalami berkat dari pernikahan itu sendiri namun kita dipercayakan untuk memperkenalkan nama Tuhan melalui pernikahan kita dan kita bisa memuridkan keluarga-keluarga lain. Dan iblis tahu bahwa dampak dari sebuah pernikahan yang kudus sangat besar, maka serangan dari si jahat sangat frontal, khususnya hari-hari ini. Melalui apa iblis menyerang pernikahan? Iblis merusak pernikahan melalui KETIDAK-KUDUSAN. Bentuk-bentuk ketidak-kudusan tersebut ada dalam berbagai macam bentuk dan kita harus waspadai bentuk serangan iblis tersebut. Ada 3 bentuk serangan frontal yang iblis kirim kepada pernikahan/rumah tangga, dan ini hanyalah sebagian dari strategi si jahat. Lebih banyak iblis hanya sebagai pencetus sedangkan untuk eksekusi di lapangan adalah manusia itu sendiri. Untuk itu kita perlu mewaspadai dosa yang sedang mengintip rumah tangga kita!
  • WASPADAI GODAAN PERSELINGKUHAN!
Perselingkuhan bisa terjadi kapan pun dan dimana pun asalkan ada celah yang terbuka dalam kehidupan pasangan suami istri untuk dosa perselingkuhan masuk. Namun, ada satu tempat yang harus kita waspadai dimana tempat ini bisa menjadi tempat yang subur bertumbuhnya perselingkuhan yakni di dunia kerja. Hal yang harus dipastikan bagi suami atau istri yang bekerja adalah “Hindari jatuh cinta dengan teman sekerja”.  Tempat kerja merupakan tempat dimana seseorang bisa bersosialisasi dan mengenal banyak orang  bahkan bsia terikat dengan seseorang. Menurut, Dr. Tina Tessina, psikolog dan penulis buku the Unofficial Guide to Dating Again, seperti dilansir theGrindstone.com, mengatakan bahwa bekerja berdampingan dengan seseorang setiap hari, melihat dia tertekan oleh pekerjaan, bersimpati atas masalah dan memberi selamat atas keberhasilannya memberi gambaran tentang si dia sepenuhnya. Akhirnya cinta dapat tumbuh tanpa salah satu pihak benar-benar menyadarinya.[2]
 
Dalam dunia kerja sering terjadi pola kebiasaan berbagi informasi pribadi dengan rekan kerja, sering berbicara panjang lebar, makan siang bersama. Awalnya mungkin  tidak ada hubungan apapun namun, seringkali karena terbiasa bertemu, muncul kekaguman karena cantik atau tampan, pribadinya yang luwes, tegas dalam menghadapi masalah dan sikapnya yang selalu siap untuk mendengarkan keluh kesah sehingga hal-hal ini memunculkan sebuah “rasa”. Perlunya kita membangun kesadaran diri bahwa kita tidak perlu memiliki orang lain karena hal itu akan membahayakan pernikahan kita. Selain itu kita harus bekerja secara profesional karena kita membutuhkan pekerjaan tersebut. Menyadari bahwa konsekuensi dari hancurnya pernikahan selalu yang menjadi korban adalah seluruh orang-orang yang ada dalam keluarga secara khusus pasangan dan anak-anak buah dari pernikahan. Maka kita perlu mengembangkan sikap yang profesional dalam bekerja dan kesadaran diri.
Mungkin tidak dengan teman satu kerja, bisa dengan orang yang baru dikenal melalui media electronic. Bersikaplah bijaksana dan berhikmat dengan akun face book maupun twitter anda, mungkin telpon salah sambung atau cinta lama yang bersemi kembali saat bertemu dengan mantan pacar waktu di jaman sekolah dulu. Secara khusus saat sendirian, merasa sepi dan kita curhat dengan orang lain dan merasa nyambung saat diajak bicara/senasib/dia bisa memahami perasaan kita serta bisa menjadi pendengar yang baik. 
  • WASPADAI PORNOGRAFI!
Sekarang ini dijaman Iptek yang maju dengan pesat, sangat sedikit orang yang menderita penyakit TBC alias Tidak Bisa Computer. Computer sudah ada dimana-mana bahkan dalam kemasan yang cantik dan praktis. Handphone smart penuh dengan fitur-fitur yang memudahkan orang berkomunikasi dan mengetahui semua informasi. Kemajuan tehnologi membuat seseorang mudah mengakses apapun melalui internet termasuk pornografi.  Menjadi sebuah tantangan adalah ketika pornografi masuk ke dalam relasi suami istri, maka dapat dipastikan akan merusak kekudusan pernikahan. Beberapa orang terhubung dengan internet namun tidak dalam kaitannya dengan pekerjaan, justru terperangkap dan bergumul dengan persoalan internet yang kompulsif dimana mereka menjadi kecanduan dengan pornografi. Ada banyak janji kebohongan yang diberikan oleh pornografi dimana pornografi menjanjikan seks yang lebih banyak, seks yang lebih baik,  seks tanpa akhir,  orgasme yang lebih hebat, pengalaman-pengalaman baru, dll. Namun, semakin dalam seseorang terlibat, semakin terikat dan menjadi sulit keluar dari jebakan pornografi tersebut. 
Ada banyak alasan bagi seorang pria terlibat pornografi baik melalui majalah, blue film, phone sex, atau bentuk lainnya. Mereka berkata “pornografi hanya dipakai sebagai referensi saja atau untuk menambah gaya/model dalam melakukan hubungan seks”, “saya menonton blue film untuk menambah gairah saya”, “istri saya sulit dipahami, bahkan sering menolak melakukan hubungan seks, lebih baik saya menonton gambar porno dan melakukan solo seks dan itu praktis”.
William M. Struthers dalam bukunya Wired for Inntimacy (Dirancang untuk Keintiman) mengatakan bahwa “Pornografi mencabut seksualitas manusia dari konteks alaminya yaitu keintiman antara dua insan manusia dan menjadikannya sebuah produk untuk dijual dan dibeli. Dengan merendahkan nilai tubuh manusia dan memperlakukannya sama seperti ketika kita berbelanja di swalayan, pornografi mempromosikan seksualitas seorang manusia sebagai produk untuk dikonsumsi. Produknya, yaitu seksualitas orang lain, dipandang melalui kebutuhan-kebutuhan kita yang sepihak dan egois”.[3]
Kita bisa melihat bagaimana dosa pornografi merusak relasi suami istri, meskipun dengan alasan mereka menonoton blue film bersama-sama sehingga mendapatkan keuntungan bersama. Namun, keintiman dalam seks dengan istrinya akan diukur dengan wanita yang ada di layar. Pengalaman keintiman seksual sebenarnya hanya diperuntukkan bagi suami istri dalam sebuah hubungan yang sehat dan matang dalam ikatan pernikahan yang kudus. Pria yang terlibat pornografi hanya menempatkan istrinya sebagai pelampiasan dari keinginan seksnya dibandingkan pada tujuan utama dari keintiman seksual itu sendiri.
  • WASPADAI KEMARAHAN YANG TERSIMPAN TERHADAP PASANGAN!
Dalam perjalanan sebuah pernikahan, akan selalu dijumpai konflik atau pertengkaran-pertengkaran. Banyak orang mengatakan hal itu sebagai bumbu dalam pernikahan, Namun, jika tidak disikapi dengan baik justru bukan menjadi bumbu pemanis pernikahan, melainkan menjadi senjata perusak pernikahan. Pertengkaran yang tidak disikapi dengan baik selalu meninggalkan kemarahan yang tidak terselesaikan bahkan terpendam. Akumulasi dari semua kemarahan suatu saat akan meledak dan daya ledaknya bisa membuat kerusakan yang parah dalam rumah tangga. Dalam pernikahan, harus diwaspadai untuk tidak meyimpan kemarahan berhari-hari. Paulus dalam tulisannya di Efesus 4:26-27 “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari tebenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada iblis”. 
Alkitab tidak melarang kita marah tapi tantangannya adalah jangan sampai kemarahan kita menghasilkan dosa. Kemarahan yang tersimpan berhari-hari bahkan berminggu-minggu membuat dosa semakin bekerja lebih efektif sehingga pasangan suami istri semakin kecewa dan semakin kepahitan satu sama lain. Ada istri yang mampu mendiamkan suaminya berhari-hari atau juga kebalikannya suami mendiamkan istri dan menolak untuk berkomunikasi dan anehnya mereka menganggap hal ini merupakan hal yang biasa, bukan sesuatu yang berbahaya. Suami isti harus menyadari bahwa sikap “mendiamkan” pasangan justru semakin “memiskinkan komunikasi” dan hal itu akan semakin membuat suami isti akan “mind reading”, berasumsi pada pasangan sehingga akan lebih memunculkan pikiran-pikiran negatif dari pada pikiran yang positif dan akhirnya terjadi kesalah-pahaman terus-menerus. Suatu hubungan yang awalnya manis, kemudian berakhir menjadi pahit. Kita bisa melihat bagaimana kemarahan, kekecewaan, kepahitan  yang tidak dikelola dan dibereskan dengan baik mengantar pasangan suami istri pada perceraian (mungkin tidak perceraian secara hukum tapi bisa juga perceraian secara emosi).
Beberapa tips untuk menjalani pernikahan dengan baik sehingga kekudusan tetap menjadi keutamaan dalam rumah tangga:
  • Suami istri harus mengembangkan keintiman relasi suami istri, baik keintiman fisik, sosial, emosi, spiritual
  • Suami-istri harus peka terhadap dosa dan segera membereskan/tidak memberi celah bagi dosa untuk merusak perkawinan. Selalu menyediakan stok pengampunan dalam perkawinan.
  • Suami istri harus sepakat untuk bersama-sama merawat perkawinannya dengan mengembangkan komunikasi yang kuat, mengembangkan kualitas kasih tanpa syarat, dan mempertajam visi pernikahan.
  • Suami istri bertanggung jawab dalam menjalankan perannya masing-masing dan kompak dalam mendidik anak bersama-sama.
  • Suami istri menutup rapat-rapat dan tidak memberi celah sedikit pun terhadap “siasat si jahat” yang berusaha menaburkan ketidak-kudusan. Menjadi bijak dalam bergaul dengan teman-teman secara khusus teman lawan jenis (cara bergaul orang yang sudah menikah harus berbeda dengan kondisi waktu masih belum menikah). Siasati dengan bijak dalam pemakaian internet sehingga tidak terperangkap dalam dosa pornografi.


[1] Swindoll, Charles R. Pernikahan Sebuah Surga Dunia. Jakarta: Metanoia, 2010, h. 45
[2] Parents Guide, oktober 2012, h. 32
[3] Struthers, William M. Wired For Intimacy (Dirancang untuk Keintiman), Surabaya: Perkantas, 2012. H. 16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar