Alkitab mencatat
dalam Mazmur 133 bahwa apabila kita hidup rukun bersama maka hal itu akan
mendatangkan berkat Tuhan mengalir. Kerukunan
menghadirkan sukacita dalam keluarga, dan dimana ada kerukunan disitu
pasti ada kehangatan. Kehidupan yang rukun dan penuh kehangatan selalu dimulai
dari rumah dan dapat dirasakan oleh
orang lain. Namun saat ini kita sedang ada dalam masyarakat yang berbeda
dibandingkan 50 tahun yang lalu dimana masyarakat hari ini ditandai dengan perubahan
besar dalam peran, pola hubungan, dan identitas pria-wanita. Perubahan ini
menghancurkan dasar-dasar keluarga tradisonal.
Kehidupan
keluarga pada masa sekarang sangat rentan terhadap krisis dan permasalahan.
Meningkatnya angka perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan,
kenakalan remaja, kejenuhan dalam pernikahan, pelecehan pada anak, merupakan
bukti yang lebih dari cukup bahwa keluarga sedang menghadapi ancaman yang siap
merusak kerukunan dan kehangatan dalam keluarga.
Untuk
mencegah terjadinya kerusakan dalam keluarga, kekacauan perilaku pada anak-anak
maupun pada relasi suami istri, dimana kehangatan menjadi surut, maka harus ada upaya bersama dari seluruh
anggota keluarga, khususnya pasangan suami istri atau orangtua. Menjadi upaya
bersama, karena di dalam suatu keluarga ada sistem keterkaitan satu sama lain
artinya jika ada satu anggota yang mengalami sesuatu maka hal tersebut akan
mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Beberapa
hal yang bisa menjadi strategi dari membangun kehangatan keluarga
adalah:
a. Memprioritaskan keluarga dimana
kita memberikan waktu khusus untuk keluarga dan bukan memberikan waktu yang
sisa. Secara khusus bagi pasangan suami istri yang
sama-sama bekerja, perlunya untuk memberikan waktu khusus bagi anak-anak sepulang
dari bekerja. Tugas baby sitter tidak bisa menggantikan peran dan tanggung jawab
sebagai orangtua. Dalam hal ini, memprioritaskan keluarga termasuk di dalamnya
yang paling penting adalah menjaga dan memperkuat komunikasi dalam keluarga.
Suami istri jangan menggantikan komunikasi dengan handphone/sms ketika
komunikasi tersebut bisa diupayakan secara verbal, kecuali jika ada di tempat
yang berbeda dan sulit untuk bertemu. Juga dalam membuat keputusan bersama
diupayakan untuk bisa didiskusikan bersama-sama lewat dialog secara fisik bukan
lewat sms/handphone. Demikian pula antara orangtua dengan anak-anak, komunikasi
harus berjalan dengan baik. Orangtua
dapat menjadi pribadi yang selalu hadir dan responsif ketika mendengarkan anak
seacra khusus ketika anak menginjak remaja. Keluarga hari ini
harus menyikapi kemjauan ilmu pengetahuan dan tehnologi komunikasi dengan
bijaksana. Jangan sampai gadget menghancurkan komunikasi dalam keluarga dan
jika dimungkinkan, keluarga dapat melakukan diet
gadget jika terasa bahwa gadget telah merampas waktu kebersamaan keluarga.
Kita perlu menyadari bahwa komunikasi merupakan inti dari kehidupan keluarga
dan melalui komunikasi anggota keluarga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan
mereka. Bicaralah DENGAN mereka (pasangan/anak-anak) bukan KEPADA mereka.
Temukan kesukaan serta ketidaksukaan mereka, impian serta ketakutan mereka,
kekuatan dan kelemahan mereka melalui komunikasi yang baik dan lemah lembut. Bagi para orangtua: Dosen saya pernah
memberikan nasehat bahwa sebagai pasutri atau dalam keluarga, jangan pernah menjerit pada satu sama lain
kecuali rumah anda terbakar.
b. Menciptakan kegiatan keluarga
bersama-sama yang menyenangkan. Misalnya : membuat kejutan untuk
anak-anak/pasangan, membiasakan makan malam bersama, mengecat rumah
bersama-sama, menonton konser
musik/nonton film bersama. Bagi anda para orangtua: Bergembiralah dan jadikan rumah anda sebagai “sorga” keluarga anda.
Nikmati kesenangan dan tertawalah lepas bersama pasangan dan anak-anak anda.
c. Sebagai pasutri perlu untuk
menjaga “kemesraan dalam relasi pernikahan”. Salah satu
pembunuh sukacita perkawinan adalah kejenuhan dalam relasi pasutri, dan hal ini
akan mempengaruhi kehangatan dalam keluarga secara khusus pada anak-anak. Harus
disadari bahwa pola hubungan suami istri atau orangtua akan mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung pada
tumbuh kembang anak. Walaupun anak tidak mengalami kekerasan tetapi dengan adanya
kekerasan dalam hubungan suami-istri (baik
kekerasan fisik atau verbal) akan menumbuhkan konsep yang buruk tentang hidup
dan diri pada anak. Dalam perkawinan tidak lepas dari konflik namun pasutri
dapat mengatasi konflik sesegera mungkin tanpa menyimpan atau membiarkan
masalah tanpa menyelesaikan. Konflik yang dapat teratasi dengan baik akan
membuat pernikahan menjadi lebih dinamis. Pasutri harus mengembangkan kemampuan
mengelola konflik dan mengelola emosi dengan baik sehingga konflik yang terjadi
tidak menghancurkan kehangatan dalam keluarga. Kualitas pernikahan orangtua
akan mempengaruhi kesejahteraan anak. Ketika orangtua akur dan berhubungan
secara positif dengan setiap anak mereka, maka kakak adik/sesama saudara juga
dapat akur. Bagi anda para orangtua:
Biarkan anak-anak anda melihat kualitas pernikahan anda sehingga mereka dapat
belajar tentang membangun relasi yang sehat, komunitas pergaulan dan pertemanan
yang sehat dan nantinya mereka dapat menemukan pasangan hidup yang sehat pula
seperti pernikahan orangtua mereka.
d. Mengembangkan empati dan saling
memahami dalam keluarga. Mayarakat hari ini mengalami
perubahan pola hidup dimana mereka terbentuk menjadi masyarakat yang tidak
peduli dengan sekitarnya. Keluarga yang kehilangan empati akan menyebabkan di
dalam rumah, mereka tidak akan saling mempedulikan satu sama lain. Ketika
empati dan saling memahami terbangun dalam keluarga maka anak-anak atau
pasangan suami istri tidak akan merasa malu atau takut untuk menceritakan/mengungkapkan
perasaan-perasaan mereka. Bahkan tidak akan ada sikap saling menyerang dalam
keluarga atau menyakiti anggota keluarga dengan kata-kata. Justru mereka akan
mendapatkan dukungan ketika mereka ada dalam tekanan/persoalan. Setiap anggota
keluarga akan saling menghargai dan menghormati sebagai satu pribadi. Bagi anda para orangtua : Berikanlah
kata-kata penguat atau kata-kata pengokohan kepada pasangan maupun anak-anak
anda. Biarkan mereka mengetahui bahwa anda memahami dan peduli dengan hidup
mereka sehingga mereka tahu bahwa anda selalu ada untuk mereka.
e. Memberikan ruang bagi apresiasi
dan pujian kepada anggota keluarga sesuai dengan bahasa cinta mereka sehingga
tangki cinta setiap anggota keluarga penuh. Ketika tangki
cinta menjadi penuh, anak-anak tidak akan mencari perhatian atau cinta yang
semu di luar rumah. Anak-anak akan terhindar dari perangkap hubungan atau
pergaulan yang tidak sehat. Bagi para
orangtua: Bersikaplah penuh kasih sayang kepada pasangan maupun anak-anak anda.
Sering-seringlah merangkul mereka dan katakan bahwa anda sayang kepada mereka
setiap harinya. Berilah mereka pujian dan dorongan ketimbang mengecilkan hati
mereka. Janganlah membentak, memukul, mengata-ngatai atau merendahkan mereka.
Perlakukanlah mereka dengan lembut dan dengan hormat, sayangilah mereka.
Keluarga
merupakan tempat untuk bertumbuh, tempat untuk belajar dan tempat untuk mengenal
Tuhan Yesus. Ketika kehangatan dalam keluarga terbangun, hal itu akan menjadi
atmosfir yang akan memudahkan proses pertumbuhan, pembelajaran mudah terjadi
termasuk dalam proses pengenalan akan Tuhan Yesus. Mari jadikan rumah kita
tempat yang aman dan selalu dirindukan oleh keluarga kita.
Post: Andi Wijaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar